PERCAYALAH…

      Perasaan Dira saat itu sangat terpukul setelah membaca sederetan SMS yang telah dikirim oleh suaminya pada pukul 04.30 sore. Dira selalu berusaha untuk tetap sabar menerima tuduhan & segalah kenyataan yang terjadi. Seandainya Dira menyadari bahwa dengan kejujurannya akan menjadi pertengkaran seperti itu mungkin dengan berbohong itu lebih baik baginya namun karena rasa takut terhadap Tuhan dalam menjalani hidup dengan sebuah kebohongan, Dira selalu berusaha untuk jujur mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Dira sosok wanita yang memiliki jiwa yang tegar, pemberani & tidak mudah putus asa dalam mengejar garis finish sebuah impian karena Dira memiliki prinsip dalam menjalani hidup



"aku akan melakukan apapun yang bisa aku lakukan selama apa yang aku lakukan tidak bertentangan dengan syari'ah agama". Ya, itulah prinsip Dira yang selama ini selalu Dia genggam.
        Sebagai seorang suami, Luthfi tidak pernah menyadari bagaimana kesulitan yang dialami Dira dalam menyikapi hidup dinegera asing. Tak pernah terlintas sedikitpun difikiran Dira bahwa dia akan menginjak negeri ini, tidak di dalam mimpi sekalipun namun kini Tuhan memilihnya untuk berperan dalam cerita hidup Dira.

       'Formosa' Negeri yang disebut-sebut orang yang artinya 'Indah menakjubkan', banyak orang yang ingin datang padanya, merasakan keindahan-keindahannya termasuk Dira pribadi yang sudah terlibat langsung dalam aturannya. Dengan segenap jiwa raga Dira korbankan prasaannya, prasaan cinta terhadap suaminya, rasa rindu terhadap semua keluarga-keluarganya, semua itu Dia korbankan agar dapat menemukan titik akhir sebuah kesuksesan namun sebagai seorang suami Lufhfi tidak pernah menyadari semua perjuangan Istrinya. Dia bisanya hanya menyalahkan Istrinya, beranggapan bahwa Dira datang ke taiwan hanya untuk bersenang-senang bukan untuk bekerja. Kata-kata itulah yang seringkali dilontarkan Luthfi melalui SMS bahkan melalui telphone berbagai tuduhan dilontarkan terhadap Dira. Kalau sudah begini, Dira lebih memilih untuk diam & mematikan handphonenya karena apabila dibiarkan, kata-kata yang tidak seharusnya Dira terima akan keluar dari mulut suaminya. Dira menyadari bahwa suaminya saat ini sedang dikuasai oleh prasaan rindu sehingga rasa takut akan kehilangan Dirinya, Dia lampiaskan lewat tuduhan-tuduhan yang tidak samasekali Dira perbuat.

        "Oh TUHAN… cobaan apalagi yang akan kau uji pada hambamu ini, disaat aku menghadapi kenyataan hidup yang begitu sulit ini, disisi lain suamiku bahkan tidak percaya lagi padaku" Dira bergumam didalam hati.

Ternyata benar, pepatah orang bijak mengatakan;
"Dipercaya lebih baik daripada dicintai"
Apa gunanya dicintai apabila tidak dipercayai.

       Hari itu minggu pukul 09.00 pagi Agency yang menangani segalah dokumen-dokumennya saat bekerja di negara taiwan sebagai 'care giver/perawat jompo' bermurah hati mengundang Dira & kawan-kawannya yang lain refreshing ke salah satu puncak yang ada di kota Nantou, karena menurut Dira itu tawaran yang positif disamping gratis maka Dira terima tawaran itu tanpa meminta izin terlebih dahulu dengan suaminya, mungkin karena hal inilah yang membuat Luthfi suami Dira semakin geram.

"serius Dir, kamu mau ikut..??" suara Ana di seberang sana lewat handphone meyakinkan Dira
"Iya… sekali-kali kan kita melihat suasana baru disini, mumpung gratis..!!" Dira membalas ucapan sahabatnya
"Dir, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan,,??"
"apa itu shay…"
"boleh ya… ntar aku pinjam uangmu"
"untuk apa..??"
"ya… untuk dikantong aja, siapa tau sewaktu-waktu aku butuh, kalau aku nggak butuh pasti aku kembaliin lagi. kamu tahu sendiri kan kalau aku belum gajian dan gajiku yang bulan kemarin semuanya sudah aku kirim buat keluarga. please donk…"
"nggak usah pakai merengek-merengek gitu klee…"
"bisa nggak..??"
"Iya…tapi harus janji ya…"
"Iya… ya…"
"memangnya kamu butuh berapa..??"
"seikhlasnya kamu saja Dir…"
"100 nt$ mau..??"
"hah..!! tegah bangat kamu Dir, ngasih pinjem sahabat sendiri cuman segitu..!!"
"hahaaa… bercanda klee"
"hahaaa janji besok ya…"
"sip dah..!!"

      Dari kota Taichung ke Nantou jaraknya tidak begitu jauh hanya menempuh perjalanan sekitar satu jam. Mobil yang dikendarai Dira & kawan-kawannya melajuh dengan tenang melintasi sebuah jembatan yang begitu luas & panjang sedangkan dibawahnya terdapat sungai yang begitu luas pula, dikelilingi oleh bukit-bukit hijau yang nampak begitu sejuk pemandangan disekitarnya, nampak jelas pada salah satu bukit yang mereka lalui terdapat sebuah bangunan indah seperti bangunan-bangunan kuno pada jaman kaisar cina dulu.

"sepertinya itu adalah salah satu bangunan sisa peninggalan zaman dahulu & sekarang sudah dijadikan sebagai tempat wisata atau mungkin cuman bihara tempat sembahyangan mereka atau entahlah…" Dira bergumam sendiri dalam hati. Sungguh, perjalanan yang begitu mengesankan. Setibanya dipuncak yang ditujuh mobil yang mereka tumpangipun berhenti. Dira langsung turun seketika melihat pemandangan yang begitu menakjubkan membuat hati siapapun akan terpesona apabila memandangi sebuah taman yang dilengkapi dengan berbagai macam warna bunga dipadu dengan sebuah ayunan diberbagai tempat. Disebelah kanannya lagi, disana terdapat dua rumah sederhana yang terbuat dari papan, begitu mengkilap, indah & tertatah rapih. Sepertinya rumah tersebut dibangun oleh tangan-tangan yang ulet sehingga mampu menghasilkan sebuah rumah yang berdesain seindah & serapih itu. meskipun terlihat sederhana pada bagian luarnya tetapi setelah mereka mencoba memasukinya, mereka semakin terkesima melihat perabotan-perabotan elit yang ada di dalam rumah tersebut. Pada ruang tamu dilengkapi dengan AC, tv & sofa bundar yang terbuat dari kulit yang masih kelihatan seperti baru, kursi-kursi yang unik & berbagai macam botol-botol kosong sisa-sisa minuman alkohol tertatah rapih disebuah lemari lazimnya ruangan loby yang terdapat di cafe-cafe, kemudian mereka mencoba melihat ke kamar sebelahnya lagi disana terdapat tempat tidur yang mewah, "sepertinya ini tempat tidur bagi orang-orang yang ingin menyewah tempat ini"  gumam Dira dengan nada pelan kepada Ana sahabatnya. lalu mereka melangkahkan kakinya lagi kebelakang disana terdapat prabotan-prabotan dapur elit juga
.
"rumah yang sangat fantastik" cetus Ana
"ya… amazing" jawab Dira tak kalah takjub dengan suasana yang ada didepan mata mereka
"Dir tahu nggak, kalau aku disuruh tinggal disini, dengan senang hati aku nggak akan nolak"
"ah kamu, kalau dikasih apa aja nggak akan nolak..!!"
"nggak segitunya klee…"
"hahahaaaaa…"

dan yang lebih menakjubkan lagi dari salah satu jendela yang ada di salah satu ruangan tersebut mereka juga bisa menyaksikan keindahan bukit-bukit lainnya. "sungguh luar biasa ciptaan TUHAN"
kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke taman yang terletak dibagian samping kanan rumah, disana terdapat tempat khusus untuk barbeqiu dengan peralatan-peralatannya. mereka semua memulai activitas, mulai dari membakar arang yang akan digunakan untuk Barbeqiu sampai dengan menatah segala sesuatu yang sudah disiapkan oleh pemiliknya tapi saat itu Dira lebih memilih menyendiri duduk ditempat ayunan meskipun yang lainnya sedang sibuk dengan aktifitas masing-masing.

"Oh TUHAN… seandainya bisa Engkau kirimkan suamiku tuk sesaat bersamaku ditempat yang indah ini, entah bagaimana bahagianya aku" gumamnya sambil menikmati goyangan ayunan.

      Sungguh sebuah pengorbanan luar biasa yang banyak dialami oleh para BMI (Buruh Migrant Indonesia) yang rela mengorbankan prasaan cinta pada pasangannya hanya demi sebuah materi & ingin mendapatkan kehidupan yang layak tetapi apa yang terjadi,,?? Sebuah pengorbanan menjadi ketidak percayaaan seorang suami bahkan kejujuranpun mengakibatkan pertengkaran, tak heran apabila banyak rumahtangga yang telah dibina selama bertahun-tahun bersama keluarga kecil yang ditinggalkan retak hanya karena tidak saling percaya & emosi sesaat.

       Diperjalanan pulang ke taichung Luthfi suaminya menelfon, suara Luthfi di handphone tidak jelas terdengar karena dipengaruhi oleh signal yang kurang kuat saat mobil sedang melajuh
"ring…ring…ring…" bunyi ponsel Dira mengagetkannya dari lamunan, saat itu Dira sedang berkhayal tentang suaminya, berharap ingin segera bertemu namun sayangnya Dia masih terikat kontrak kerja. Meskipun begitu, Dira tetap merasa senang & bahagia menjalani hari-harinya & selalu berusaha dengan berbagai cara untuk mengusir rasa sepinya selama berada di Formosa & bahagia karena TUHAN sudah berkenan memberikannya kesempatan untuk menikmati keindahan-keindahan yang ada dinegeri Formosa tersebut.

"hallo… hallo… hallo…" berulang kali Dira ucap kata hallo ditelfon tetapi tak ada sepatah suarapun yang bisa ditangkap oleh indra pendengarannya. Lalu Dia coba mematikannya mengingat suaminya yang menelfon karena Dira khawatir pulsa suaminya habis cuma-cuma. belum cukup 10 menit, ponselnya berdering lagi dilihat nama suaminya yang tertera dilayar ponsel lalu Dia coba menerimanya

"Dinda… dinda…" panggilan yang biasa disebut Luthfi saat memanggilnya
"Iya yank…"
"Dinda lagi dimana..?? sudah beberapa kali kanda hubungi nggak nyambung-nyambung" kata-kata Luthfi diseberang sana berusaha ingin mengetahui tentang keberadaan Dira istrinya.
"dinda sekarang sedang diperjalanan, jadi jaringannya kurang jelas"
"memangnya dinda habis darimana..??"
"barusan dinda dari puncak nantou diajak sama Agency" Dira berusaha menjelaskan kepada suaminya meskipun signal agak tersedat-sedat
"dengan siapa…!!" tukas Luthfi dengan nada suara yang agak tinggi
"sama…"
Belum sempat Dira menjelaskan yang sebenarnya, saluran telfonnya sudah terputus
"aku sudah hafal bagaimana endingnya pasti muncul rasa curiga & akan segera menuduh sesuatu yang tidak aku perbuat, biarlah angin & burung-burung yang diluar sana yang akan menjelaskan semuanya" gumamnya.
sementara ponsel yang ada digenggamanya saat ini sudah seminggu tidak terisi pulsa. Tiba-tiba satu pesan masuk lalu Dia mencoba membukanya

"bagus cara kamu disitu, kau tahu aku capai kerja disini demi kamu tapi kamu justru bersenang-senang disana" 
 ucapan Dinda yang biasa disebut-sebut oleh suaminya hilang seketika lewat SMS tersebut hanya karena kesalah fahaman. Tiada angin, tiada hujan bagai petir membelah langit
"Oh Tuhan… apa yang dimaksud oleh suamiku sehingga tega-teganya mengirimkan SMS seperti ini padaku" gumamnya sambil menahan airmata karena takut ketahuan oleh kawan-kawannya yang lain. Dira ingin sekali membalas SMS nya & mengatakan yang sesungguhnya.
        Sesampainya dirumah, Dira langsung masuk ke kamar mandi & menangis sejadi-jadinya sambil menggigil handuk kecil yang ada didalam kamar mandi tanpa mengeluarkan suara sedikitpun supaya tidak ada yang bisa mengetahui kalau saat itu Dia sedang menangis. tapi sedalam apapun durian itu disembunyikan pasti akan tercium juga baunya.
"Dir, apa ada sesuatu yang terjadi denganmu..??" tanya Ana sahabatnya
"nggak ada An…"
"tapi wajah & matamu yang bicara Dir, dari semenjak kamu terima telfon dari suamimu wajahmu berubah 45° dari biasa. Ceritakan Dir, mungkin aku bisa bantu" tanya Ana lagi bicara setengah memaksa
"nggak ada gunanya aku ceritain ke kamu An, toh juga kalaupun aku cerita masalahnya nggak akan terselesaikan"  tegas Dira
"astaga Dir, tega-teganya kamu bicara kayak gitu terhadapku. jd, selama ini aku nggak ada apa-apanya buat kamu..??"
"kamu hanya sahabatku & kamu juga nggak akan bisa memahami apa yang sudah aku alami karena kamu belum pernah mengalaminya" Dira menegaskannya lagi. Sepertinya prasaan Dira saat itu sedang tidak stabil sehingga kata-kata yang dilontarkan terhadap sahabatnya sendiripun agak menyinggung prasaan Ana.
"baiklah, aku ngerti tapi setidaknya kamu cerita ke aku, aku kan sahabatmu, mungkin dengan cara kamu cerita prasaanmu bisa sedikit legah"
Dira langsung menangis, suara isak tangisnya memecahkan kesunyian malam itu, dengan suara lirih Dira menjelaskan semua yang terjadi.
"kalau begitu kamu kasih aku nope (Nomor Handphone) suamimu, biar aku yang akan menjelaskan semuanya kepada dia"
"nggak usah An…"
"kenapa, apa kamu nggak percaya sama yang akan aku sampaikan..??"
"bukan An, bukan itu. aku hanya nggak ingin merepotkanmu. lagipula sebentar lagi juga dia akan sadar sendiri dengan caranya"
"Hmmm… tapi aku nggak mau kamu digituin trus sama dia"
"nggak apa-apa An, lagian ini bukan yang pertama kali dia giniin aku"
"justru itu, aku ingin membantumu untuk menjelaskan kenyataan yang sebenarnya terhadap suamimu supaya dia nggak kayak gitu lagi sama kamu"
"udahlah lupakan, makasih kamu dah menemani sedihku"
"sebagai teman, sudah sewajarnya kita saling bantu karena disini kita jauh dari keluarga. jadi, kepada siapa lagi kita saling berbagi suka maupun duka selain kepada teman,,?? ya nggak…"
      Dira menangis terseduh-seduh dihadapan Ana sahabatnya karena meratapi suatu masalah yang tidak Dia ketahui ujung pangkalnya. Berulang-ulang kali Ana mengatakan pada sahabatnya untuk selalu bersabar disambut dengan cucuran airmata, Dira hanya bisa menangis saat menghadapi setiap tudingan dari suaminya.              Sekitar pukul 09.00 malam itu, tiba-tiba ponsel Dira berbunyi. Privat number terterah dilayar ponselnya, karena penasaran lalu Dira mengangkatnya
"Hallo… hallo… dinda" Tidak salah lagi suara suaminya terdengar jelas saat menyebut namanya yang biasa
"ya kanda…"
"dinda sudah makan belum..??"
Ach' sebuah pertanyaan yang sering disampaikan kepada Dira supaya merasa tidak bersalah sama sekali sekaligus untuk menutupi kesalahannya terhadap istrinya tetapi Dira mampu menyembunyikan prasaannya & menjawab pertanyaan suaminya seperti tidak pernah terjadi apa-apa dalam dirinya karena Dira hafal betul akan perlakuan suaminya selanjutnya. Dengan suara lirih Dira menjawabnya
"sudah, barusan dinda selesai makan kalau kanda..??"
"alhamdulillah sudah sayang… Dinda sudah dirumah sekarang..??"
"ya… sudah, tadi dinda mau…" segarah Luthfi menyelah pembicaraan istrinya sebelum Dira menjelaskan yang sebenarnya terjadi
"ya sudah dinda, lupakan… Kanda yang salah sudah berburuk sangka terhadap dinda. Maafin kanda ya sayang…" Begitu mudahnya Lutfi meminta maaf semudah Dia menyalahkan istrinya
"bukan maaf nggak nya kanda, tapi…"
"tapi apa dinda, apa dinda masih kesal terhadap kanda..??"
"kanda, kita ini sudah bukan pacaran lagi yang kadangkala saling menyalahkan tetapi kita sudah suami-istri. kita harus bisa saling memahami posisi diri kita masing-masing lagipula dinda sudah tau mana yang baik & yang buruk untuk dinda jalani disini, jangan kayak gini trus apalagi kita berjauhan. dinda capek dengan prilaku kanda terhadap dinda yang seperti ini"
Luthfi hanya terdiam tanpa sepatah katapun yang bisa diucapkan terhadap Dira, sepertinya sejak tadi Luthfi menyimak pembicaraan istrinya di telfon
"hallo… hallo… kenapa kanda diam…??"
"kanda nggak tau harus bicara apalagi, dinda tau sendiri tentang bagaimana prasaan kanda terhadap dinda. kalau memang hanya gara-gara itu dinda masih kesel terhadap kanda. Baiklah, untuk beberapa hari kedepan kanda nggak akan hubungi dinda dulu" Luthfi menjawab sambil menghela nafas
"maksud kanda…??"
"kanda ingin dinda tenang dulu karena kanda nggak mau hubungi dinda dalam keadaan marah seperti ini, kan percuma"
"bukan maksud dinda marah terhadap kanda, dinda hanya minta kanda jangan seperti itu lagi. Dengan cara kanda yang seperti itu, prasaan dinda disini jadi nggak tenang kanda. kanda harus meyakinkan prasaan kanda sendiri bahwa tujuan dinda kesini itu demi masa depan kita berdua" Dira menegaskan
"Lelaki manapun akan sakit hati bila mengetahui istrinya kepuncak dengan laki-laki lain dinda…"
"Asstagfirullah kanda… itulah yang ingin dinda jelasin terhadap kanda dari tadi tapi kanda tidak mau memberikan dinda kesempatan untuk bicara"
"memangnya menurut dinda pergi kepuncak dengan laki-laki lain itu baik..??" tukas Luthfi
"baiklah, kali ini dinda bersalah tapi kanda harus tahu bahwa dinda kepuncak juga nggak berduaan sama laki-laki tetapi sama teman-teman juga kanda…"
"tapi kanda tetap nggak setuju meskipun dengan teman-temanmu karena setidaknya disana juga ada laki-laki"
"kandaku sayang… dengerin, Dinda kepuncak bukan tujuan untuk bersenang-senang ataupun untuk kencan dengan laki-laki lain seperti yang ada dalam fikiran kanda tetapi dinda kesana hanya untuk refresing, memulihkan stamina & fikiran yang sudah terkuras berhari-hari lagipula itu yang pertama kalinya dinda kesana. kalaupun dinda punya niat untuk main-main, selingkuh atau kencan dengan laki-laki lain seperti yang kanda fikirkan, untuk apa dinda jujur & ngasih tau kanda kalau dinda sedang berada dipuncak..??"
"tapi kanda tetap merasa nggak tenang kerja disini kalau dinda seperti itu adanya disana"
"Hmmm kanda, kanda, jadi laki-laki jangan egois kayak gitu!! setiap kali kanda keluar, dinda nggak pernah protes, marah ataupun ngelarang karena dinda tahu & yakin bahwa kanda keluar & berusaha untuk mencari rezeki demi dinda. Nah, dengan keyakinan semacam itulah yg membuat dinda merasa tenang & bahagia"
"ya sudah dinda, sekali lagi kanda minta maaf… sudah berfikir macam-macam tentang dinda"
"ya sudah kanda nggak usah minta maaf berkali-kali, besok juga kanda akan mengulangi kesalahan yang sama lagi"
"hehehee… dinda bisa saja"
"oyach kanda sedang apa sekarang disitu..??"
"duduk-duduk aja diteras rumah sambil menatap kelangit melihat bintang-bintang yang berbentuk layang-layang itu, mengingatkan kanda akan dinda beberapa tahun yg lalu"
"oyach kok ujung-ujungnya kanda jadi gombal kayak gini ya… padahal belum 24 jam marahannya"
"dinda kayak nggak faham watak suaminya ini, paling lama 5 menit aja kanda marah sesudah itu kanda tenang setelah melihat foto dinda di layar ponsel. hahahaaaa" Luthfi tertawa Lepas seraya berusaha untuk menghibur istrinya
"ya sudah kanda, sekarang sudah hampir tengah malam, kanda harus istirahat bukankah besok pagi-pagi kanda sudah siap-siap berangkat kerja… masalahnya dinda juga sudah ngantuk ini"
"ya sudah sayangku, permata hatiku, istirahat dah mimpi yg indah tentang kita berdua ya…"
"Amiiinnn… assalamua'laikum"
"wa'alaikumsalam…"
        Hal semacam inilah yg sering terjadi dalam hubungan mereka semenjak Luthfi ditinggal merantau oleh istrinya. kadangkala hal sepeleh bisa jadi masalah besar hanya karena kesalah fahaman tapi itu semua hanya berlangsung sesaat karena Dira orangnya mudah memaafkan begitupun sebaliknya Luthfi. Nenurut Dira, memendam rasa sakit hati berlarut-larut itu tak ada gunanya hanya akan menimbulkan depresi. Dira mengakui, "berani mencintainya berarti harus bisa memaklumi kekurangan dan kesalahan-kesalahannya" . Dira berharap semoga konflik yang pernah terjadi didalam rumah tangganya selama ini tidak akan terulang lagi, Dira ingin menatah hidup rumah tangga bersama suaminya dengan penuh cinta dan kesetiaan.

Itulah cerpen cinta dari temen kita bagai mana menrut temen2 bagus bukan? Silakan di SHARE ya :D