Evenings In London
Kali ini ada cerpen lagi nih cari sahabat kita Annisa Faza yang judul nya yaitu Evenings In London dari pada penasaran dengan cerpen cinta yang satu ini. silakan di baca deh dan jangan lupa di share ke social media kamu
Hari ini tanggal 25 Oktober 2009, aku tak sabar untuk besok. Karena besok adalah hari ulang tahunku yang ke 16. Aku masih ingat ketika ulang tahunku yang kemarin, aku diajak oleh keluarga jalan-jalan mengelilingi kota yang sekarang menjadi tempat tinggalku, yaitu kota London. Aku sangat suka kota ini, dengan istana-istananya yang megah dan juga sejarahnya yang sangat terkenal. Entah kenapa aku tak ingin kembali ke Indonesia untuk beberapa tahun ke dapan. Aku masih ingin di sini menikmati kehidupan di kota ini, dengan orang-orangnya yang penuh kesibukan pada pagi hari.
Hari ini aku pulang telat dari sekolah, karena masih ada tugas yang harus aku kerjakan di sekolah. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 4.00 p.m. tapi aku rasa aku akan pulang setelah matahari terbenam saja. Aku tidak tahu kenapa aku ingin sekali ke sungai Thames, aku senang sekali menghabiskan waktuku di sana setiap hari minggu. Entah itu untuk membaca buku, atau hanya melihat kapal-kapal yang sedang membawa penumpangnya berkeliling melihat keindahan kota London dari sungai itu. Aku juga senang melihat menara Big Ben, dan menuggunya untuk mendengar suara dentangannya.
Setelah sampai di sungai Thames, aku lalu duduk di tempat yang biasa aku duduki kalau aku datang ke sini. Aku tak akan pernah bisa berhenti mengagumi keindahan sungai Thames. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 5.30 p.m. tetapi aku tak bisa beranjak begitu saja dari tempat ini. Karena pikiranku mulai melayang jauh, melewati ruang dan waktu hingga akhirnya sampai di suatu masa ketika semua berawal dengan sangat manis. Dulu waktu aku masih tinggal di Indonesia, ada seseorang yang seperti mengikatku dan membuatku tak bisa lepas dari dirinya. Seseorang yang mengikatku sangat erat, sehingga ikatan itu pula yang membuatku tersiksa dan terluka. Walaupun kita berdua, tidak akan pernah terikat hubungan satu sama lain.
Aku masih ingat ketika masih SMP dulu. Waktu itu aku masih kelas satu SMP, dan baru berada dua bulan di SMP itu. Tetapi, ada seseorang yang sepertinya membuatku sangat semangat menjalani hari-hariku di sekolah. Aku sangat tertarik dengannya, sebenarnya aku tak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Tetapi sepertinya ini lain, karena saat pertama kali aku melihatnya hatiku sepertinya bergetar entah karena apa. Apa ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Atau mungkin hanya perasaanku yang memang agak kacau waktu itu?.
Pertanyaan itu terus muncul di kepalaku. Tetapi aku baru sadar, aku baru mengerti, dan aku baru bisa mengganti presepsiku terhadap apa yang ku tahu selama ini. Kalau sebenarnya, cinta pada pandangan pertama itu memang ada. Dan semua orang, bisa mengalami hal yang sama. Aku baru menyadari, kalau semua ini hanya permulaan saja. Nama orang itu adalah Kak Raka, orang ini yang selama ini mengikatku dan sampai sekarangpun aku masih bisa menggambarkan dirinya. Aku tak akan pernah melupakan wajahnya, terlalu sulit untuk melupakan seseorang yang bisa di bilang dia adalah cinta pertamaku.
Aku sangat mengagumi dirinya, sifatnya, ya walaupun bisa di bilang sifatnya agak sombong. Tapi itu mungkin karena bawaan dari orang tua, ya aku tahu dia juga punya segalanya. Dia kan orang kaya, apa yang dia minta pasti di beri. Dia juga punya adik, dan adiknya juga sekelas denganku namanya Rangga. Tapi tetap saja, gantengan kakaknya dari pada dia. Hari demi hari kulalui, entah kenapa cintaku tak pernah sedikit pun berkurang kepadanya. Aku juga bertaruh pada diriku sendiri, kalau dia akan menyadari kalau suatu hari nanti dia akan tersadar sendiri kalau aku mengagumi dirinya. Dan ternyata benar, dia tahu bagaimana perasaanku kepadanya. Mungkin karena sifatku yang agak aneh di depannya. Sehingga dia bisa tahu kalau aku menyukainya.
Tapi dengan mencintainya membuat masalah pada diriku sendiri, bagaimana tidak teman sekelasku juga ada yang menyukainya. Ini semakin rumit, teman sekelasku itu juga baik kepadaku dan pastinya dia juga sudah terlebih dahulu kenal dengannya karena dia mengikuti ekskul yang sama dengan kak Raka. Dan membuat dia semakin dekat dengannya, hal itulah yang membuatku menutup mulutku sendiri untuk tidak memberi tahu siapa-siapa. Akupun hanya pernah bicara dengannya, walaupun hanya sekali tetapi menurutku itu sudah cukup untukku. Setahun berlalu, aku senang sudah naik kelas dua dan kak Raka juga sekarang naik kelas tiga. Aku senang karena kelasku dan kelasnya tidak terlalu berjauhan, jadi aku bisa melihatnya ketika aku sedang berada di luar kelas. Aku biasanya sengaja keluar kelas, hanya untuk melihatnya saja ketika jam istirahat.
Tetapi terkadang, ada sesuatu yang ada di kepalaku dan memberi tahuku sesuatu yang membuatku menangis hanya untuk memikirkan hal itu. Sesuatu itu bertanya kepadaku, apakah kau masih ingin tetap menunggu sesuatu yang tak pasti?. Atau apakah kau tak menyadari kalau penantianmu selama ini, hanya tipuan belaka saja untuk mengelabui pikiranku?. Aku pernah memikirkan tentang hal itu, dan melakukan sesuatu yang memang harus kulakukan saat itu juga. Ya aku mengiakan pendapat yang ada di kepalaku itu, dan memulai untuk melupakan kak Raka. Aku memulainya dengan yakin, dan aku tahu pasti akan berhasil. Tetapi itu untuk beberapa hari saja, selanjutnya aku tak akan pernah bisa lagi melakukan itu.
Apakah kau tahu, aku menangis malam itu hanya untuk mendorong dia pergi dari pikiranku. Aku tak bisa, dan seperti yang ku bilang tadi, dia mengikatku sangat erat sampai aku sendiri terluka karenanya. Dia tidak tahu kalau aku terluka, karena banyak sekali gadis-gadis di sekolahku yang juga menyukainya. Ada seseorang yang juga menyukainya, tetapi akhirnya dia menyerah. Karena dia sudah tahu, kalau kak Raka memang hanya mau cari perhatian dengan banyak gadis yang menyukainya. Seketika aku tersadar akan hal itu, hal yang membuatku mulai goyah akan pendirianku dan mulai mencari akal untuk menghilangkan perasaan ini.
Lambat laun aku tersadar, kalau dia menjauhiku. Waktu itu ketika aku ingin pergi ke kantin bersama temanku, dia seakan menyembunyikan badannya di balik teman-temannya. Aku sadar, tak ada gunanya lagi menunggu semua akan sia-sia saja. Aku berpikir, kalau aku terlalu tolol untuk menunggu sesuatu yang tidak pasti selama ini. Aku terlalu tolol, karena aku mau menunggunya dan berharap suatu hari nanti dia akan menjadi milikku. Aku tahu itu semua hanya impian belaka. Ikatan itu mulai kendur, aku sedikit lega tetapi tetap saja menyimpan kegundahan yang akan lama berada di hatiku. Ketika aku tahu, kegundahan ini tak teraba namun bisa di rasa.
Aku lelah untuk terlelap, aku muak untuk memejamkan mata. Karena ketika aku melakukan itu, semua akan kembali kepada dirinya. Semua tentangnya, aku tak tahu lagi bagaimana lagi caranya untuk bisa melepaskan ikatan ini. Aku semakin terluka, tetapi tak tahu bagaimana caranya agar tak membesarkan luka ini.
Saat itu aku baru tahu, kalau ibunya adalah teman ibuku. Waktu itu dia datang ke rumah, aku sangat kaget karena ternyata ternyata dia yang datang. Dia hanya tampak tenang saja, tetapi walaupun aku melihat hanya sekilas jelas matanya tidak berbohong, memperlihatkan kalau dia juga kaget melihatku. Aku lalu duduk berhadapan dengannya, tetapi aku hanya tertunduk dan tidak ingin melihatnya. Waktu itu ibuku bertanya, bagaimana tentang orang yang selama ini aku sukai. Aku hanya menjawab, “Aku ingin melupakan semua tentangnya, tak peduli lagi walaupun aku tahu aku akan sakit karenanya.” Lalu kakak datang, ketika aku sedang bercerita tentangnya, tentang orang yang sedang berada di depanku.
Kakaku berkata, “Kenapa kau tak mengatakannya saja yang sebenarnya.” Dan aku menjawab “Sangat sulit, bicara dengannya pun hanya pernah itupun sekali.” Dia pun berkata lagi, “Cobalah untuk melupakan semua tentangnya, toh kau juga tidak akan pernah bisa bersamanya.” Perkataan itu membuatku hampir menangis, tetapi aku menahannya. Bagaimana bisa aku mengatakannya, kalau mengingat pengorbananku saja itu semua sia-sia. “Bagaimana bisa aku juga mengatakan itu, kalau dia sudah tak menginginkanku lagi, menatap wajahku saja dia tidak akan pernah mau lagi.” “Memangnya siapa orang itu? Aku ingin tahu siapa orang yang selama ini tidak pernah sadar, betapa bodohnya dirinya menyia-nyiakan sesuatu yang akan merubah hidupnya.” Air mataku pun mulai jatuh, mengalir deras di pipiku.
“Ayo katakan siapa orang itu!” Dengan terisak-isak aku mengatakannya, “Bagaimana mungkin aku mengatakannya kepadamu, itu hanya membuatku semakin sakit saja. Kamu mau tahu siapa orang itu, dia sekarang ada di hadapanku di depan mataku sendiri. Sambil melihat ke arah kak Raka.” Aku lalu lari, meninggalkan semua orang yang berada di tempat itu dengan air mata yang masih jatuh membasahi pipiku. Entah kenapa ada perasaan lega, yang berada dalam hatiku. Apa harus dengan suasana seperti ini, sehingga aku bisa mengatakan semuanya?. Aku tak peduli, yang jelas sekarang hatiku tidak terasa sesak lagi. Saat ini aku hanya ingin mencoba memahami goresan yang ada di hati, dan mencoba memperbaiki semuanya mulai dari sekarang.
Seketika aku tersadar, kalau langit sudah mulai memerah dan matahari pun akan kembali ke tempat peristirahatannya. Tetapi masih ada beberapa hal lagi yang masih ada di benakku saat ini. Bagaimana kita akan berkata 'selamat tinggal' pada orang yang tak pernah kita miliki? Kenapa air mata kita jatuh demi orang yang tidak pernah jadi milik kita? Kenapa kita mencintai seseorang yang cintanya bukan untuk kita? Mengapa kita masih berharap pada seseorang yang tidak pernah memberi kita harapan?. Entahlah, mungkin suatu hari akan ada jawaban dari semua pertanyaanku itu. Yang jelas saat ini, ikatan itu sudah terlepas dari tubuhku.