Cerpen Sedih - Tuhan, Kapan Aku Bahagia

Tuhan, Kapan Aku Bahagia

Aku ingin seperti mereka yang bisa menatap dunia ini sebagai kebahagiaan yang nyata dengan kesempurnaan yang Tuhan kasih, tapi kini aku hanya bisa  menatap dan melihat teman-temanku dari jauh ketika mereka bermain dan bercanda ria,seandainya aku bisa kembali di masa kecilku.Aku ingin bermain sama mereka Tuhan, apakah aku tidak pantas menjadi teman mereka karena  sikapku seperti wanita.Apakah aku menjijikan dan harus dibuang.



Saat terindah itu hilang dari hidupku ketika aku beranjak remaja, bila teman-temanku terlihat sempurna dimata yang lain, tidak begitu denganku.Semua bagiku terasa semu dan teman-temanku serta orang lain maupun tetanggaku sendiri malah mengejekku dan mencaciku serta menjauhiku dan semua ini berawal ketika aku masih duduk di bangku SD kelas dua.Diri ini merasa ada yang berbeda dengan teman-temanku yang lain, mereka selalu memanggilku " BANCI atau BENCONG."

Awalnya aku tidak peduli karena aku tidak pernah tau apa yang mereka maksud.Setalah aku menjadi remaja, aku baru merasakan kesedihan yang amat dalam ketika celotehan kalimat itu dilontarkan padaku.Ternyata aku tidak sempurna yang aku kira, lebih parahnya lagi mereka selain menghinaku, juga menguncilkanku dan kritisnya mereka bukan saja menghina atau mengucilkan tapi terkadang mereka suka melempari aku dengan batu kerikil supaya aku menjauh dari mereka tapi aku selalu berusaha memaafkan mereka. Dunia ini memang kejam bagi orang seperti aku ini.Sepulang dari masa bermainku,aku langsung bersih diri dan ambil air wudlu kemudian sholat fardhu setelah itu aku mengadu pada Tuhan apa yang terjadi pada hidupku.Setetes air mataku ini sudah jatuh karena kisahku dalam hidupku kini, tapi ibu tiba –tiba datang menghampiriku dan melihat aku menangis dan ia memanggilku.

" Dino,anakku...kenapa kamu" tanya ibu sambil memelukku.

"Ibu, boleh kah aku tanya sesuatu " tanyaku

" Apa nak..."

"Ibu kenapa aku tercipta dengan jiwa perempuan bu, padahal  jasadku ini laki-laki bu,"

"Kamu sedih nak, "

"Iya bu, aku sedih gara-gara aku bersikap seperti wanita, teman-temanku dan tetangga suka menghinaku dan mejauhiku bu, kata mereka aku ini manusia hina dan ada juga yang bilang aku disuruh mati saja daripada aku mengotori dunia ini bu."

"Anakku..dengarkan ibu, ibu bangga punya anak seperti kamu, bagaimana pun kamu, kamu adalah anak ibu yang aku sayang, hidup ini adalah cobaan, masih ada ibu yang akan menjadi teman terbaikmu."

"Ibu, bolehkah aku tanya satu hal lagi,.."

" Apa itu nak.."

"Apkah Tuhan sayang sama aku..."

"Tuhan sayang sama kamu dan DIA lebih sayang sama kamu daripada teman-temanmu.."

“Tapi kenapa bu, kalau Tuhan sayang sama aku, aku tidak dikasih teman, malah teman-teman menjauhiku dan mengejekku dan mereka juga suka melempari aku dengan batu kerikil bu, apakah aku tidak pantas hidup di dunia ini,"

" kamu marah sama Tuhan?"Tanya ibu lagi.

 Aku terdiam seribu bahasa dan ibu terus memelukku tapi airmataku ini terus mengalir semakin deras.Aku sedih dan aku sempat berfikir bunuh diri tapi aku takut kalau ibu tidak ada yang menemani nanti sedangkan ayahku sangat membenciku dengan sikapku yang seperti perempuan ini sehingga pernah ayah melontarkan kata-kata kalau dia malu dan menyesal mempunyai anak seperti diriku ini serta dia juga ingin sekali membunuhku.Aku memang manusia tidak sempurna sobat, tapi aku juga tidak mau diciptakan dan ditakdirkan sebagai banci.Apakah ini sebuah pilihan,menurutku tidak, karena ini semua adalah takdir Tuhan ketika aku lahir ke dunia ini.

Hari berganti pagi.Terusik sudah aku pagi ini dengan celotehan teman-teman sekelasku.Aku masih duduk dilantai kelas dan semua teman-temanku tampaknya sinis padaku dan sedikit risih terutama teman-temanku anak laki-laki.Tetapi tiba-tiba bagas teman sekelasku yang sangat usil datang tanpa diundang didepanku dan tiba-tiba ia meludahiku dan menertawakanku.

"Eh..Dino alias bencong,kenapa sih kamu harus hidup di dunia ini, pergi saja sana ke neraka, mati saja kau, kamu itu bisa-bisanya mengotori dunia ini saja," ejekbagas sambil menendangku saat aku duduk di lantai kelas itu.

Aku terdiamdan menagis dalam hati sambil membersihkan air liyur yang membasahi rambutku.Satu hal sobat, aku memang tercipta tidak sempurna tapi Tuhan juga memberikanku kepintaran sehingga aku bisa juara kelas tiap semesternya, tapi walau begitu tidak bisa membuat aku bahagia karena tetap saja teman-temanku jahat padaku.Tak ada teman selama aku hidup beberapa tahun ini tapi ketika aku duduk dibangku SMA aku mempunyai dua teman yang sangat amat baik padaku.Mereka aditya dan laras.Mereka adalah teman yang mengerti aku dan memahami keadaanku tapi bagas dan kawan-kawan masih saja usil dan selalu mempropokotori anak-anak lain untuk membenciku sedangkan tetanggaku sudah mulai diam membisu seperti patung pancuran ketika aku mengisolasikan diri dari masyarakat sekitar selama beberapa tahun ini saat tidak ada seorang teman pun dalam hidupku.Aku hanya keluar rumah untuk keperluan penting saja dan untuk sekolah.Aku malu dengan keadaanku semakin besar malah semakin alay, aku takut dunia akan mengusirku, sobat.Ketika pelajaraan sekolah telah dimulai.Aku begitu tenang mendengar ceramah ibu guru tetapi saat kelas membicarakan tentang cita-cita aku merasa malu ketika ibu guru Tanya kepadaku.

“ dino, kira-kira cita-citamu nanti apa ya..” Tanya bu guru.

“ jadi WARIA bu…ha ha ha ha ha ha..” sahut bagas dan semua teman-teman tertawa mengejek.

Seketika jawaban bagas yang mengejek langsung membuat aku sakit hati.Rasanya sakit itu sampai menusuk tulangku dan belum aku sempat menjawab pertanyaan bu guru, bagas sudah mendahuluinya dengan asal bicara seperti itu tanpa piker panjang aku pun berdiri dengan sedikit rasa emosi dihatiku.

“Aku memang tak sempurna,apapun cita-citaku bukanlah jadi WARIA, dan perlu kalian ingat bahwa WARIA pun adalah manusia yang patut kita hargai dan hormati serta jikalau kita mengaku sebagai umat beragama dan mempunyai agama, tidak seharusnya kita merendahkan mereka ataupun menghina mereka.WARIA pun patut dlindungi seperti perempuan layaknya.Kalian tidak berhak menghakiminya.Tuhan saja tidak sampai seperti itu terhadap WARIA, apalagi kalian sebagai manusia,  seharusnya kalian malu.memangnya kalian sudah pantas masuk surganya Tuhan apa, bisa bilang seperti itu, teman-teman please don’t judge by its cover.Aku memang banci tapi aku yakin semua adalah kehendak Tuhan.Tolong hargai aku sebagai manusia seperti kalian menghargai diri kalian sendiri.” Ujarku sambil meneteskan airmataku yang sudah lama aku tahan sedari tadi.

Tetapi anak-anak sekelas setelah mendengar perkataanku tadi malah menyorakiku dan menertawakanku sekaligus melempari aku dengan sobekan kertas.Memang begitu pedih rasanya.seakan-akan dunia ini penuh dengan api yang telah membakar hatiku hari ini.Sedikit demi sedikit aku mempunyai niat-niat untuk merubah sikapku ini menjadi sikap selayaknya laki-laki dan aku ungkapan niatku ini ke aditya dan laras.Mereka pun antusias untuk membantuku.

“ baiklah, dino.kamu harus mulai dengan jalanmu yang seperti perempuan menjadi seperti laki-laki.” Kata aditya.

“ iya, kamu pasti bisa..” dukung laras dengan menebarkan senyumnya.

“ lalu..apa yang harus aku lakukan sekarang” tanyaku.

Kemudian Aditya memberikan contoh bagaimana cara berjalan laki-laki itu dengan baik dan gagah.Aku pun menirukannya sampai berulang-ulang.Semua terasa begitu sulit sobat, aku sampai patah arang tapi mereka terus menyemangatiku.Aku terus mencoba, sedikit-sedikit bisa sedikit tidak bisa.Selain itu aku pun mengikuti pencak silat,aku berharap dengan pencak silat aku bisa merubah segalanya tapi terlalu keras sehingga aku pun keluar dari organisasi ini selain keras juga penuh dengan masalah.Aku masih tersungkur dalam penderitaanku ini.Aku sudah mencoba semua segala cara untuk berubah tapi semua hasilnya nihil.Segala sesuatunya membuat aku selalu bersedih dan sedikit-sedikit rasa takut menyelimutiku hingga rasa bunuh diri itu ada dibenakku lagi tapi karena Tuhan dan ibu aku selalu takut melakukannya hingga aku memilih bersabar dalam hidup ini dan melupakan perbuatan yang dilarang agama itu,memang tak mudah hidup di dunia ini bagi orang seperti aku ini.

***

Perjalanan hidupku masih begitu panjang untuk mengarungi hidup ini.Aku masih tersungkur dalam dilema cobaan Tuhan.Pagi ini aku merasa malas untuk bangun dari ranjangku dikamar tidur.Aku ingin rasanya bisa tidur untuk selamanya agar celotehan-celotehan orang-orang tak pernah aku dengar lagi.Tapi mau apa dikata, semua ini adalah sebuah takdir  Tuhan yang harus aku jalani walau semua begitu sulit dan pedih.Tanpa aku sadari sedikit demi sedikit hidungku mengalami pendaharan (mimisan) yang sangat hebat.Darah itu terus mengalir dan membuat aku harus memanggil ibuku untuk membantuku.sobat, mimisan ini sudah aku alami berulang kali sejak kecil tapi ibu menganggapnya mimisan biasa saja tapi kali ini pendaharan itu membuat aku pingsan dan ibu bersama ayah membawa aku ke puskemas terdekat.Ayah memang membenciku tapi dia hanyalah seorang ayah kalau anaknya sakit pasti dia juga ikut cemas,dia Cuma tidak suka dengan sikap saja yang kewanitaan.Sesampainya di puskemas dokter memeriksa aku dan ia memanggil ayah dan ibu untuk berbicara sebentar diruangan dokter itu,

“bagaimana dengan anak kami dok.” Tanya ibu.

“ maaf ibu dan bapak  sebelumnya, anak saudara jika saya mendiagnosa dia terkena kanker darah bu, atau sering disebut leukemia. Dan  kanker itu sudah mejadi kanker darah stadium empat.” Ucap dokter sambil menunjukan hasil scannen penyakit itu yang ada ditubuhku.

“apa dok, bagaimana mungkin. Dokter salah mungkin.”Ibu mengelak.

“tidak bu, ini bukti klise dan scannennya.” Tunjuk dokter.

Ibu pun menangis dipelukan ayah tapi ayah malah melontar kan kata-kata yang tidak mengenakan hati.

“ biar saja anak itu cepat mati.” Kata ayah.

“ ayah..” kata ibu sambil berdiri dan menatap wajah ayah dan setelah itu ia meninggalkan tempat itu sambil berlari.

Sebenarnya ibu tidak percaya dengan diagnosa dokter itu kemudian ibu mengajak aku ke dokter lainnya.Ternyata sobat, hasilnya sama, bahwa penyakit kanker darah itu benar adanya.Aku pun lemah tak berdaya setelah aku tau kalau dokter itu memVonis aku dengan penyakit leukemia apalagi kali ini umurku kata dokter itu diperkirakan tinggal enam bulan lagi.Sungguh miris dan sangat menyedihkan cobaanku datang lagi kali ini, apa karena Tuhan sayang sama aku atau justru Tuhan benci aku karena sikapku seperti wanita.Tidak! ini adalah cobaan karena Tuhan sayang sama aku.Hampir tiap saat aku menangis dengan segala penderitaanku ini dan lagi-lagi airmata suci ini jatuh tak terkira dan aku menyembunyikan dari ibu tapi tiba-tiba ayah menyeret aku ke kamar mandi dan mengunciku disana.Aku pun menangis dengan keras dan ibu marah pada ayah.Mereka bertengkar hebat Cuma gara-gara aku.Mereka saling bantah-bantahan sedangkan aku hanya menangis dengan keras didalam kamar mandi dan semua itu tidak membuat ibu dan ayah berhenti dalam bertengkar.

“ sama anak sediri, kok ya dibenci.ayah macam apa kamu.” Ujar ibu.

“ dia bukan anakku, jangan menyebutkan aku ayah untuknya.dia bukan anakku.”

“karena dia banci  begitu, dasar kamu.tidak pernah bersyukur dalam hidup.”

“ aku ingin dia mati.” Centus ayah dengan penuh emosi.

Ayah langsung menampar ibu dan ibu tampaknya menangis setelah itu ayah pergi dari rumah.Aku hanya pasrah kali ini semuanya terlalu sulit.Seandainya aku tercipta sempurna layaknya laki-laki mungkin semua ini tidak akan terjadi.Tuhan kapan aku bahagia.tanyaku dalam hati yang masih bergelimang dalam air bak di kamar mandi.

***

Leukimia itu akhirnya kambuh lagi setelah beberapa minggu.Aku pun di opname di rumah sakit dan aku sudah tak berdaya kali ini.Aku merasa sudah terlalu sedih hidupku dengan berbagai duri-duri tajam yang tersebar dalam kehidupanku.Aku rasanya tak sanggup lagi Tuhan, jika memang ini sudah waktunya aku harus kembali padaMU aku siap kali ini.Tapi sebelumnya aku mohon izinkan aku memeluk kebahagiaan dalam hidupku untuk yang pertama dan terakhir.Aku ingin melihat ibu tidak menagis lagi dan ayah tidak membenciku lagi.Aku ingin mereka berdua menyanyangiku seutuhnya.Detik demi detik, hari demi hari aku lalui di rumah sakit ini.Aku semakin hari semaki lemah tak berdaya tapi aku masih bisa sedikit bicara sama ibu walau terbata-bata.Lidahku yang kaku dan tubuhku yang semakin kurus membuat ibu harus meneteskan airmtanya lagi.

“ iiii..buuu.akkuu minta ibu tulis sesuatu di kertas itu.” Pintaku dengan terbata-bata dan skuat tenaga.

“ apa sayang..” ibu mengambil kertas itu dan siap untuk menulis.

“ tulis ibu, Tuhan, kapan aku bahagia…..??”

Ibu pun menulisnya dan aku menyuruhnya untuk memasukaknnya dalam balon dan aku minta ibu untuk menerbangkannya melalui jendela kamar rumah sakit dan aku pun melihat balon itu terbang dengan tersenyum.Beberapa hari kemudian, ayah datang ke rumah sakit dan meminta maaf padaku tapi keadaanku sudah dalam keadaan koma sobat, sebuah penyesalan dari ayah sudah terjadi.Dia sudah menyia-nyiakan aku selama tujuh belas tahun lamanya.Aku koma selama dua bulan tapi akhirnya Tuhan mengambilku juga dengan tangannnya.Ibu dan ayah pun menangis histeris didepan jasadku,

“ apakah ibu mau memotong dan menyimpan rambut anak  ibu untuk disimpan sebelum dimakamkan?” Tanya suster itu.

“ baik sus…silahkan.aku sangat menyanyanginya.” Kata ibu sambil terus menangis.

Akhirnya rambutku dipotong dan disimpan oleh ibu jika sewaktu-waktu dia kangen sama aku.Ibu dan ayah harus kuat dan yakinlah anakmu ini akan melihat kebahagiaan yang nyata dirumah Tuhan walau itu bukan didunia tapi percayalah kalau Tuhan sayang sama dino.Aku sudah bahagia melihat ibu dan ayah baikkan dan akan selalu menyanyangiku lagi walau aku sudah pergi jauh.



Sekian