Cerpen Cinta Remaja - KEMBALIKAN SENYUMKU
Cerpen Cinta Remaja - KEMBALIKAN SENYUMKU merupakan sebuah kisah cinta remaja yang tentunya akan membuat anda terhibur, dari pada penasaran dengan untaian cerpen ini, silakan di baca deh
KEMBALIKAN SENYUMKU
Siang hari yang panas. Mentari sedikit lebih dekat dengan bumi kali ini. Hari yang sedikit berbeda serasa panas dan terasa berada diubun-ubun. Bunga-bunga yang ada dipinggir jalan tampaknya sedikit layu dan kurang indah untuk dipandang mata. Kendaraan dijalan raya tampak ramai dan bising. Suasana yang cukup berbeda hari ini bagi pasangan ideal yang sedang kasmaran, siapa lagi kalau bukan Winda yang sering dipanggil Cinrara dan pacarnya Riski. Mereka sudah selama setahun ini berpacaran dan hanya waktu terntentu saja mereka bisa ketemu karena mereka terpisah antara ruang dan waktu. Mereka bisa dibilang pacaran secara long distance alias pacaran jarak jauh tetapi cinta mereka begitu kuat karena adanya saling percaya dan saling menjaga. Demi sang pacar Winda rela panas-panasan bersama Riski dengan naik motor sambil mengelilingi kota Surabaya dibawah terik matahari yang menyengat kulit.
“ Wah…hari ini aku bahagia sekali sayang..” ucap Winda sambil memegang erat pinggang risky.
“Sama sayang.., aku juga bahagia, apalagi bersamamu,,,” sahut Riski.
“ Ahh.., masa sih..gombal deh..”
“ Beneran deh…sumpah deh,,,,”
Senyum mereka yang mengembang dan memancarkan aura kebahagiaan yang tiada terkira. Perjalanan mengelilingi Surabaya terus mereka lakukan hingga senja berubah dan berganti malam. Kemudian mereka berhenti disuatu tempat dimana Winda dan teman-temannya sering nongrong bareng. Di atas sebuah jembatan yang memang sering digunakan tongkrongan anak-anak muda Surabaya ditemani lampu kota dan pedagang kaki lima. Mereka asyik duduk dan bersadar ditembok jembatan itu sambil memandangi bulan yang sedang bersinar dimalam hari dengan ditemani wedang jahe dan semangkok mie buat berdua. Begitu romantisnya mereka sehingga mereka tidak sadar orang-orang sekelilingnya tertuju pada mereka.
“ Seindah rembulan dimalam hari, seanggun pelangi yang berhiaskan warna, cinta kita tak akan pudar walau tertusuk jarum karena aku selalu ada untukmu…Cinrara.” puisi Riski didepan Winda.
“ So sweet han…aku suka puisimu…” kata Winda sambil memeluk Riski.
Hari semakin malam. Mereka berduapun akhirnya kembali pulang untuk sejenak menghilangkan lelah. Hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi Winda dan Riski karena cinta mereka serasa bersatu kembali. Bait-Bait puisi dari Riski serasa teringang di telinga Winda. Bayang-bayang wajah Riski yang rupawan, kini tak bisa terhapus dari ingatannya. Bunga-bunga cinta telah tumbuh dan berkembang menjadi jalinan kasih antara mereka berdua.
***
Keesokan harinya. Winda sudah siap untuk dijemput oleh Riski dengan moto gedenya. Winda masih menunggu didepan kosnya sambil mondar-mandir seperti anak ayam kehilangan induknya dan sesekali ia melihat jam tangannya.
“ Kok..lama amat Riski, ga biasanya deh.” keluh Winda.
Dari arah yang berlawanan terlihat Dian yang baru datang dari kampung sambil membawa koper yang gede yang berisi baju. Dian terlihat keberatan dan tak mau pikir panjang ia menghampiri Winda yang sedang berdiri di depan gerbang kosnya.
“ Eh..,Cinrara, pagi-pagi begini mau kemana….” tanya Dian dengan sedikit menahan rasa berat karena kopernya.
“ Mau ke sanggar tari sebentar, besuk lusa ada pentas.” jawab Winda.
“O.., lalu kamu nunggu siapa..”
“ Biasa..nunggu Riski..”
“Riski…”
“ Iya pacarku…, kayak wartawan ajah deh banyak nanya..”
“ Ya sudah kalau gitu, aku masuk dulu. Hati-hati dijalan..”
“Iya makasih..”
Setelah Dian masuk dalam kos. Tiba-tiba Riski datang dengan motor gedenya. HOREEEEEEEEEENGGGGGG…HOOOOOORRRREEEEENG.
Riski terus nggegas motornya dan suaranya bising sekali sehingga Winda menutup telinganya.
“Riski, jangan digas terus, berisik tau…” teriak Winda.
Tetapi Riski tidak memerhatikannya. Tak lama kemudian ada ibu-ibu yang berada dilantai 2 keluar dan menyiram Riski dengan air bekas cucian tapi air bekas cucian itu meleset dan tak terkena Riski.
“ Eh jangan berisik…, gak tau apa kalau anak saya lagi tidur. Ganggu aja..” teriak ibu itu.
Kemudian Riski menyuruh Winda lekas membonceng. Ia langsung meluncur ke tempat sanggar itu. Sesampai di sanggar, Winda bergegas ganti baju latihan tari. Ia langsung mengikuti teman-teman yang lain yang sudah dari tadi menari. Sedangkan Riski menunggu Winda sambil melihat dia menari dengan iringan gamelan jawa yang sungguh merdu. Suasana kali ini berasa di kraton. Winda tampak cantik ketika ia menari sampai-sampai Riski tidak mengedipkan matanya.
Akhirnya Winda selesai juga latihannya. Tak lama kemudian Winda menghampiri Riski yang sudah lama menunggu dan melamun.
“ Hmmm…., ngelamunin apa yank..” sapa Winda sambil memberikan air putih yang dikemas dalam botol.
“ Eh.., enggak. Sungguh indah dan menawan tarianmu tadi.” puji Riski.
“ Terima kasih, tapi tadi belum seberapa ko‟ masih latihan.” Winda merendahkan diri sambil tersenyum senang.
Seusai latihan tari Riski langsung bergegas mengantar Winda ke kampus untuk kuliah siang ini. Winda masih terdiam dalam kelas sambil mendengarkan ceramah dosen yang panjang lebar. Rasa kantuk mulai menyerangnya. Tak lama kemudian kuliah siang pun selesai.
Seperti biasa sambil menunggu Dian. Winda pergi ke galeri kampus untuk barang sejenak duduk sebentar. Dari arah kejauhan tak diduga terlihat seorang cewek yang dipenuhi amarah dan wajahnya memancarkan dendam kesumatnya ke Winda. Cewek itu berjalan menuju kearah Winda sambil mengepalkan tangannya. Wajahnya kelihatan beringas. Akhirnya ia tepat didepan Winda. Winda kaget tak karuan.
“Cinrara kan atau Winda…” tanya cewek itu dengan hati geram.
“ Iy…iy..yaa ..” Winda sedikit tergagap dan sedikit gemetaran dalam menghadapi cewek yang tak dikenal ini.
“ Kenalkan Faricha. Pacarnya Riki…” kata cewek tersebut.
DEGGG…
Perasaan Winda kaget dan bingung tak karuan. Tetapi Winda tak langsung percaya begitu aja. Dia berusaha tenang.
“ Riski siapa yang kamu maksud….” tanya Winda balik.
“ Ya…, Riski pacar kamu lah, siapa lagi. Yang kuliah di Malang kan….”
Gak mungkin jika Riski menduakanku dengan cewek lain, ini mustahil. Aku yakin Riski mencintaiku selamanya. Dia tak akan mengkhianatiku. Gumam Winda dalam hati.
Dan cewek yang bernama Faricha ini tak kunjung pergi dari hadapannya Winda.
“Apa buktinya, kalau kamu pacarnya Riski…” pinta Winda.
“ Ada…ini..” Faricha memberikan fotonya bersama Riski saat ia berciuman
DEEEGGG!!!
Seakan-akan jantung Winda serasa sedikit menghilang bahkan mau berhenti. Tak lama kemudian airmatanya menetes begitu deras. Faricha meninggalkan Winda dengan senyuman yang tidak menyenangkan.
Winda terus menangis dan selang kemudian Dian menghampirinya.
“ Ada apa cin…kamu ko‟ menangis,..” tanya Dian sambil memeluk.
70
“ Risky..Riski..ian.” ucap Winda dengan isak tangisnya.
“ Kenapa Riski..” tanya balik Dian
“ Dia selingkuh, mengkhianatiku,,,,” kata Winda.
“ kata siapa,,,”
“ Tadi pacarnya yang yang kedua datang. Aku sakit sekali..”
“ Jangan percaya dulu, tanya Riski dan bicarakan baik-baik.” kata Dian.
***
Siang berganti malam. HPnya Winda berdering, ternyata itu dari Riski tapi Winda tetap tak mau mengangangkatnya. Malah asyik tiduran sambil menangis. Setiap kali melihat wajahnya Riski, ia seperti pengen muntah. Semenjak peristiwa tadi siang hatinya terasa terluka.Wajahnya tampak pucat dan tak berdaya. Sedetik,dua detik terus berjalan. Secara tak sengaja Riski tiba-tiba teriak-teriak di bawah.
“ Cinrara sayang, kenapa kamu ga angkat teleponku. Kamu kenapa.” teriak Riski dengan kencang.
Winda kemudian keluar dan mendatangi Riski dengan penuh amarah. Airmatanya masih menetes.
“ Tanya ajah sama pacarmu. Si Faricha itu..” jawab Winda
“ Faricha siapa yang kamu maksud..” tanya Riski
“ Udah jangan bohong, kamu selingkuh kan. Kenapa kamu tega, padahal aku sangat mencintaimu Riski, mana janjimu selama ini katanya sehidup semati berdua, tapi kini kamu begitu tega padaku. Kamu pembohong, pergi..pergi..pergi..” jeritan hati Winda diucapkan melalui kata-katanya yang dilontarkan ke Riski.
Winda berusaha mengusir Riski dengan mendorong-dorongnya. Selang beberapa menit Dian datang untuk menemani Winda.
“ Eh Riski.., udahlah kamu ngaku aja kalau kamu benar-benar mempunyai cewek lain disana yang bernama Faricha itu….” kata Dian sambil memeluk sahabatnya itu.
“ Aku beneran, aku gak tau siapa Faricha itu..sumpah deh.”
“ Udah Cinrara…, ayo kita masuk,,,” ajak Dian ke Winda.
“ Sebentar….” Winda sedikit berjalan maju mendekati Riski.
“ Dengar ya, mulai hari ini kita putus. Sana kamu sama Faricha pacar gelapmu itu..” kata Winda sambil masuk ke dalam kos.
“ Tapii…Cinrara, aku ga bohong. Oke aku akan buktikan bahwa aku sangat mencintaimu dan cewek Faricha itu pembohong. Brengsek..” teriak Riski dengan diakhiri kakinya menendang tempat sampah di depannya.
Dan tanpa disengaja dari arah atas di lantai 2 ada ibu-ibu yang tiba-tiba muncul dan menyiram Riski dengan air bekas pel tadi pagi.
“ Apa-apan sih ibu….nyiram sembarangan ajah.” teriak Riski
“ Enak ajah, kamu itu yang sembarangan. Malam-malam ganggu orang tidur saja, ga pantas cowok malam-malam main kerumah cewek apalagi urusan cinta…” kata ibu itu.
“ Terserah dong…apa urusannya sama ibu.”
“ Kurang ajar,,, tunggu ya kamu disitu aku bawa kan sapu buat mukulin kamu.” Ibu itu.langsung bergegas masuk dan mengambil sapu yang ada di dalam. Sedangkan Riski segera kabur dengan motor gedenya agar tidak kena pukul sapu ibu itu. Sesampainya ibu tersebut keluar rumah Riski udah tidak ada.
“ Oo…, dasar anak kurang ajar. Awas ya ntar kalau sampai kesini lagi…uwhh aku peres-peres seperti cucian ntar.”
****
Fajar pagi telah menampakkan batang hidungnya. Tak lama kemudian dunia disambut oleh sang surya yang sinarnya begitu bening pagi ini. Masih dipelataran kampus, Winda dan Dian tampak santai berjalan menuju arah fakultasnya. Ditengah-tengah mereka berjalan, tiba-tiba Riski datang dengan motor gedenya tepat di depan Winda dan Dian.
“ Cinrara., dengarkan penjelasanku dulu…” pinta Riski
“ Sudahlah. Anggap saja kita ga pernah ada apa-apa.” Tukas Winda sambil memancarkan amarah diwajahnya ke Riski.
“ Tapi. Cinrara, aku ga bohong. Aku ga kenal siapa orang yang namanya Faricha itu..”
“ Udahlah Riski pergi sana, dasar kamu cowok ga punya perasaan.” ujar Dian ke Riski.
Akhirnya cewek yang bernama Faricha itu datang lagi dihadapan Winda. Kali ini dia juga muncul dihadapan Riski. Perasaan Winda semakin sakit setelah melihat kedatangan Faricha dihadapannya.
“ Haii, Cinrara, Hai Riski. Dan kamu cewek ga dikenal..” sapa Faricha.
DEGG…!!!
Perasaan Winda berubah menjadi kelam. Riski terlihat kaget melihat Faricha. Dian tampak sebel melihat Faricha apalagi setelah disebut cewek tak dikenal.
“Farich….” ucap Riski dengan kaget.
“ Tuh kan kamu kenal dia, dasar pembohong.” ujar Winda.
“ Bukan begitu sayang, Aku ga bohong Farich ini adalah…” jelas Riski tetapi Faricha langsung memeluk Riski dengan erat.
“ Sayang, katanya kamu mau menikahi aku, tapi kenapa pas hari H kamu tinggalin aku…” kata Faricha.
“ Apa-apaan sih kamu, sinting ya, aku itu bukan siapa-siapa kamu.” tegas Riski ke Faricha sambil berusaha melepaskan pelukan Faricha.
“ Riski kamu ko‟ gitu sih, eh cewek jahanam. Semua ini gara-gara kamu tau ga‟,,,dengar ya, Riski ini adalah pacarku, dan hampir saja dia menikahiku tapi semenjak kemunculanmu dia kini meninggalkanku.” ucap Faricha dengan penuh amarah dan kemudian menampar Winda dengan keras.
“Aaaaaaa…..” teriak Winda.
“ Dasar perempuan gila kamu…” kata Dian.
“ Eh apa-apan kamu ini Farich, Dengar ya aku bukan pacarmu Riski itu…pergi sana…”
Winda tidak berhenti menangis dan airmatanya terus berlinang. Selang beberapa kemudian Winda melarikan diri kearah jalan raya yang sangat ramai dan bising. Teriakan Dian dan Riski yang memanggil nama Cinrara terdengar nyaring dan keras tapi Winda tak menghiraukannya. Sedangkan Faricha hanya tertawa-tawa senang melihat hancurnya hubungan Winda dan Riski. Cewek misterius yang bernama Faricha ini telah membuat semuanya kacau dan berantakan. Winda terus berlari dan Dian serta Riski terus mengejarnya tetapi kenyataan memang pahit Winda tak bisa mengendalikan dirinya dan dalam pikirannya hanya kesedihan dan perselingkuhan pacarnya.Tanpa disadari maut didepannya.
BRRRRRAAAAAAAAAAAAKKKKKK….!!!!
Tak tahu darimana asalnya suara itu. Ternyata Winda sudah tergeletak dijalan raya dan mobil itu telah menabraknya hingga Winda lemah dan tak berdaya. Darah seperti membajiri tempat itu. Dian dan Riski dengan hati yang sedih membawanya ke rumah sakit dengan mobil yang menabraknya tadi.
***
Riski bersama Dian siap dan siaga menunggu Winda didepan kamar IGD (instalasi gawat darurat) rumah sakit. Rasa deg-degan dan cemas dihati Riski dan Dian semakin berkobar di dada mereka. Dokter dan suster tampak serius sekali dalam menangani Winda dan tak lama kemudian dokter yang bernama dokter Arif dan didampingi suster Rahma keluar dari ruang instalasi gawat darurat. Riski dan Dian bergegas menghampiri dokter dan suster tersebut.
“ Bagaimana keadaan pacar saya, dok. ” tanya Riski dengan penuh penasaran.
“Kamu sabar ya, pacarmu sekarang masih dalam keadaan kritis dan kemungkinan kedua matanya akan buta.” kata dokter Arif.
“ Apa dok, teman saya akan buta…” ucap Dian dengan kaget.
“ Ini ga mungkin dok, lalu bagaimana supaya dia bisa melihat lagi dok..” tanya Riski kembali,
“ Hanya ada satu cara,,, “ kata dokter Arif.
“ Apa itu dok..” desak Riski dengan penasaran.
“ Jika ada pendonor mata bagi pacarmu itu. Carilah, saya permisi dulu.” kata dokter Arif sambil pamit dari hadapan mereka.
“ Yang sabar ya kalian…” ucap suster Rahma dengan senyumannya yang ramah.
“ Ian…, semua ini gara-gara aku. Seandainya tidak ada cewek misterius yang bernama Faricha itu, pasti semua ini ga akan terjadi…” kata Riski.
“ Sebenarnya siapa Faricha itu Ris...” tanya Dian sambil duduk dikursi.
“ Dia adalah kekasih dari sahabat dari kakakku, namanya juga Riski. Wajahnya juga hampir mirip wajahku. Setahun yang lalu Faricha diajak nikah tapi pasangannya kabur entah kemana dan semenjak itu pula setiap orang yang mirip dengan Riski, dia anggap calon suaminya.” jelas Riski.
“ Jadi cewek yang bernama Faricha itu gila setelah pernikahannya ga jadi…”
“ Iya betul, tapi setahuku dia sudah masuk RSJ (rumah sakit jiwa), tapi kok masih berkeliaran ya…”
“ Entahlah…”
Tiga hari telah berlalu. Kini Winda sadar dalam tidur panjangnya selama tiga hari berturut-turut. Dokter Arif dan suster Rahma beserta Riski dan Dian sedang menunggu masa sadarnya Winda. Akhirnya Winda sedikit demi sedkit berusaha membuka matanya dan setelah ia membuka matanya semua terasa gelap.
“ Dokter…, kenapa mata saya dok ? apa yag terjadi dan kenapa semua menjadi gelap dok…?” teriak Winda sambil kebingungan dan tiba-tiba airmatanya berlinang.
“ Nona Cinrara. Anda mengalami kebutaan…” kata dokterArif.
“ Ini tidak mungkin dok…” kemudian Winda berusaha memberontak sehingga memecahkan apapun yang ada didekatnya. Kemudian Dian memeluk Winda.
“ Sabar ya Cin, ini semua ujian dari Allah…” tenangkan Dian dengan penuh kasih sayang.
“ Cinrara….” panggil Riski dengan suara pelan.
“ Mau apalagi kamu, Cowo brengsek…pergi…pergi..” sambil meraba-raba apa aja yang didekatnya dan melemparkannya kearah Riski.
“ Cinrara, sabar dulu, semua ini salah paham. Riski kamu pergi dulu biar aku coba jelaskan ke cinrara.” pinta Dian ke Riski.
Riski kemudian pergi dari kamar inapnya Winda. Dian pun menjelaskan yang semua terjadi mengenai kesalahpahaman ini. Namun Winda belum sadar juga karena dia sudah terlalu sakit hati. Apalagi sekarang ia buta walau semua itu bukan kesalahan Riski tetap Winda kekeh belum bisa memaafkan Riski.
***
Hari demi hari telah mereka lalui mulai dari Riski berusaha memperbaiki hubungannya dengan Winda. Walau Winda belum bisa memaafkannya tetapi Riski tetap terus berjuang untuk mendapatkan hati Winda kembali. Hari-hari Winda kini dipenuhi kesedihan dan kegelapan akibat kebutaannya. Winda seakan-akan mulai putus asa.
“ Cinrara, makan dulu ya…sini biar aku suapin.” tawar Dian.
“ Cukup ian…, aku muak dengan tingkahmu yang memperlakukan aku seperti anak kecil.” tegas Winda sambil marah-marah dengan meraba-raba dan mencari-cari sesuatu yang ada didekatnya.
Kemudian melempar apa-apa yang ada didekatnya. Riski yang sempat datang. Dia hanya melihat Winda dari bibir pintu kamar tersebut. Dia merasa iba dan sedih serta merasa bersalah atas peristiwa yang membuat Winda menjadi buta. Akhirnya ia memutuskan untuk mendonorkan matanya untuk Winda.
“ Apa kamu yakin Riski bahwa kamu akan mendonorkan matamu buat pacarmu.” tanya dokter Arif.
“ Iya dok.., aku siap dengan segala sesuatu yang terjadi toh semua ini demi kebahagiaan orang yang aku sayang.” tegas Riski dengan penuh harapan.
“ Baiklah. “ jawab dokter Arif
“ Suster Rahma.” Panggil dokter Arif.
“ iya dok….” jawab suster Rahma
“ Tolong persiapkan semuanya untuk operasi dua hari yang akan datang.” pinta dokter Arif.
“ Baik dok. Siap dilaksanakan.”
“ Terima kasih dokter….” ucap Riski.
Ternyata Riski selama ini cintanya begitu dalam kepada Winda. Sampai ia rela mendonorkan matanya. Dia juga ingin melihat kekasihnya bahagia kembali dan ingin membuktikan bahwa ia sangat mencintai Winda dengan setulus hati.
Hari dimana Riski akan mendonorkan matanya ke Winda telah tiba. Saatnya mata itu ditransplatasikan ke Winda. Semua segala alat yang ada hubungannya dengan operasi telah siapkan. Operasi itu dilakukan dengan penuh ketegangan. Sedangkan Dian menunggu di depan ruang operasi. Detik demi detik, menit demi menit telah berlalu akhirnya operasi telah selesai juga.
Kini dokter Arif bersama suster Rahma membuka perban yang menutupi matanya Winda setelah dioperasi. Perban itu akhirnya telah dibuka dan sedikit-demii sedikit Winda melihat cahaya terang didepannya.
“ Dokter, Dian,suster, aku bisa melihat kembli…ya Allah terima kasih.” teriak Winda dengan senang sekali.
“ Alhamdullilah cinrara kamu bisa melihat kembali..” Syukur Dian.
“ Dok, siapa ya yang mendonorkan matanya untukku, saya ingin berterima kasih padanya..”
“ Dia adalah orang yang mencintai kamu dengan setulus hati…”
“ Siapa dok…..” tanya Winda dengan penuh penasaran.
“ Mari saya antar untuk ketemu seseorang itu nona Cinrara…” ajak suster Rahma ke Winda.
Kemudian Winda dibantu dengan kursi rodanya. Ia mengikuti suster Rahma dan Dian membantu Winda mendorong kursi rodanya tersebut.
Tetapi diluar ada Faricha yang berusaha masuk ke dalam rumah sakit tapi dihalang-halangi oleh para perawat rumah sakit jiwa yang sedang merawatnya.
“ Saya ga gila tau, saya itu mau nikah sama pacar saya Riski…, kok dihalang-halangi sih…dasar semua gila ha ha ha ha…” teriak Faricha sambil ketawa-ketawi.
Terus Faricha berteriak seperti itu dan para perawat RSJ lekas membawanya kembali ke RSJ agar tidak mengggangu orang-orang lagi.
“ Kenapa dengan cewek yang bernama Faricha itu suster,, kok dia diperlakukan secara kasar.” tanya Winda.
“ Oh .., dia itu orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa. Katanya sih dia gila karena semenjak ditinggal kabur calon suaminya pada hari pernikahannya dan calonnya sama persis seperti Riski pacarmu. Jadi tiap orang yang bernama Riski dianggap calon suaminya…” Cerita suster Rahma membuat Winda menyadari bahwa sebenarnya Riski tidak tahu menahu tentang Faricha. Ia merasa bersalah karena tidak mendengar nasehat Dian dan penjelasan Riski waktu itu.
“ Ian..Rizki sekarang dmana…” tanya Winda ke Dian.
“ Ntar kamu juga ngerti….” kata Dian
Sesampai kamar yang dimaksud dan suster Rahma mempersilahkan Winda masuk dan ternyata Winda terkaget-kaget ketika melihat Riski terbaring lemah dengan sadar. Tanpa bisa melihat kembali alias buta.
“ Riski…., jadi kamu yang mendonorkan mata ini. Kenapa kamu lakukan semua ini…” tanya Winda.
“ Iya, Cinrara. Karena aku sangat mencintaimu, aku sekarang rela hidup dalam kegelapan asalkan kamu bahagia dan inilah bukti cintaku kepadamu…” ucap Riski dengan penuh ketulusan.
“ Maafkan aku Riski karena aku terlalu egois dan tak mengerti karena sakit itu…”
Kemudian Winda memeluk Riskiyang sedang terbaring ditempat tidur dan akhirnya mereka kembali dengan cinta sejatinya dan tak ada orang gila lagi semacam faricha yang bisa menghancurkan hubungan mereka dan cinta mereka akan abadi untuk selamanya.
***
Sekian
Cerpen karya : Imam Aris Sugianto
FP : Imam Aris Sugianto
Siang hari yang panas. Mentari sedikit lebih dekat dengan bumi kali ini. Hari yang sedikit berbeda serasa panas dan terasa berada diubun-ubun. Bunga-bunga yang ada dipinggir jalan tampaknya sedikit layu dan kurang indah untuk dipandang mata. Kendaraan dijalan raya tampak ramai dan bising. Suasana yang cukup berbeda hari ini bagi pasangan ideal yang sedang kasmaran, siapa lagi kalau bukan Winda yang sering dipanggil Cinrara dan pacarnya Riski. Mereka sudah selama setahun ini berpacaran dan hanya waktu terntentu saja mereka bisa ketemu karena mereka terpisah antara ruang dan waktu. Mereka bisa dibilang pacaran secara long distance alias pacaran jarak jauh tetapi cinta mereka begitu kuat karena adanya saling percaya dan saling menjaga. Demi sang pacar Winda rela panas-panasan bersama Riski dengan naik motor sambil mengelilingi kota Surabaya dibawah terik matahari yang menyengat kulit.
“ Wah…hari ini aku bahagia sekali sayang..” ucap Winda sambil memegang erat pinggang risky.
“Sama sayang.., aku juga bahagia, apalagi bersamamu,,,” sahut Riski.
“ Ahh.., masa sih..gombal deh..”
“ Beneran deh…sumpah deh,,,,”
Senyum mereka yang mengembang dan memancarkan aura kebahagiaan yang tiada terkira. Perjalanan mengelilingi Surabaya terus mereka lakukan hingga senja berubah dan berganti malam. Kemudian mereka berhenti disuatu tempat dimana Winda dan teman-temannya sering nongrong bareng. Di atas sebuah jembatan yang memang sering digunakan tongkrongan anak-anak muda Surabaya ditemani lampu kota dan pedagang kaki lima. Mereka asyik duduk dan bersadar ditembok jembatan itu sambil memandangi bulan yang sedang bersinar dimalam hari dengan ditemani wedang jahe dan semangkok mie buat berdua. Begitu romantisnya mereka sehingga mereka tidak sadar orang-orang sekelilingnya tertuju pada mereka.
“ Seindah rembulan dimalam hari, seanggun pelangi yang berhiaskan warna, cinta kita tak akan pudar walau tertusuk jarum karena aku selalu ada untukmu…Cinrara.” puisi Riski didepan Winda.
“ So sweet han…aku suka puisimu…” kata Winda sambil memeluk Riski.
Hari semakin malam. Mereka berduapun akhirnya kembali pulang untuk sejenak menghilangkan lelah. Hari ini adalah hari yang menyenangkan bagi Winda dan Riski karena cinta mereka serasa bersatu kembali. Bait-Bait puisi dari Riski serasa teringang di telinga Winda. Bayang-bayang wajah Riski yang rupawan, kini tak bisa terhapus dari ingatannya. Bunga-bunga cinta telah tumbuh dan berkembang menjadi jalinan kasih antara mereka berdua.
***
Keesokan harinya. Winda sudah siap untuk dijemput oleh Riski dengan moto gedenya. Winda masih menunggu didepan kosnya sambil mondar-mandir seperti anak ayam kehilangan induknya dan sesekali ia melihat jam tangannya.
“ Kok..lama amat Riski, ga biasanya deh.” keluh Winda.
Dari arah yang berlawanan terlihat Dian yang baru datang dari kampung sambil membawa koper yang gede yang berisi baju. Dian terlihat keberatan dan tak mau pikir panjang ia menghampiri Winda yang sedang berdiri di depan gerbang kosnya.
“ Eh..,Cinrara, pagi-pagi begini mau kemana….” tanya Dian dengan sedikit menahan rasa berat karena kopernya.
“ Mau ke sanggar tari sebentar, besuk lusa ada pentas.” jawab Winda.
“O.., lalu kamu nunggu siapa..”
“ Biasa..nunggu Riski..”
“Riski…”
“ Iya pacarku…, kayak wartawan ajah deh banyak nanya..”
“ Ya sudah kalau gitu, aku masuk dulu. Hati-hati dijalan..”
“Iya makasih..”
Setelah Dian masuk dalam kos. Tiba-tiba Riski datang dengan motor gedenya. HOREEEEEEEEEENGGGGGG…HOOOOOORRRREEEEENG.
Riski terus nggegas motornya dan suaranya bising sekali sehingga Winda menutup telinganya.
“Riski, jangan digas terus, berisik tau…” teriak Winda.
Tetapi Riski tidak memerhatikannya. Tak lama kemudian ada ibu-ibu yang berada dilantai 2 keluar dan menyiram Riski dengan air bekas cucian tapi air bekas cucian itu meleset dan tak terkena Riski.
“ Eh jangan berisik…, gak tau apa kalau anak saya lagi tidur. Ganggu aja..” teriak ibu itu.
Kemudian Riski menyuruh Winda lekas membonceng. Ia langsung meluncur ke tempat sanggar itu. Sesampai di sanggar, Winda bergegas ganti baju latihan tari. Ia langsung mengikuti teman-teman yang lain yang sudah dari tadi menari. Sedangkan Riski menunggu Winda sambil melihat dia menari dengan iringan gamelan jawa yang sungguh merdu. Suasana kali ini berasa di kraton. Winda tampak cantik ketika ia menari sampai-sampai Riski tidak mengedipkan matanya.
Akhirnya Winda selesai juga latihannya. Tak lama kemudian Winda menghampiri Riski yang sudah lama menunggu dan melamun.
“ Hmmm…., ngelamunin apa yank..” sapa Winda sambil memberikan air putih yang dikemas dalam botol.
“ Eh.., enggak. Sungguh indah dan menawan tarianmu tadi.” puji Riski.
“ Terima kasih, tapi tadi belum seberapa ko‟ masih latihan.” Winda merendahkan diri sambil tersenyum senang.
Seusai latihan tari Riski langsung bergegas mengantar Winda ke kampus untuk kuliah siang ini. Winda masih terdiam dalam kelas sambil mendengarkan ceramah dosen yang panjang lebar. Rasa kantuk mulai menyerangnya. Tak lama kemudian kuliah siang pun selesai.
Seperti biasa sambil menunggu Dian. Winda pergi ke galeri kampus untuk barang sejenak duduk sebentar. Dari arah kejauhan tak diduga terlihat seorang cewek yang dipenuhi amarah dan wajahnya memancarkan dendam kesumatnya ke Winda. Cewek itu berjalan menuju kearah Winda sambil mengepalkan tangannya. Wajahnya kelihatan beringas. Akhirnya ia tepat didepan Winda. Winda kaget tak karuan.
“Cinrara kan atau Winda…” tanya cewek itu dengan hati geram.
“ Iy…iy..yaa ..” Winda sedikit tergagap dan sedikit gemetaran dalam menghadapi cewek yang tak dikenal ini.
“ Kenalkan Faricha. Pacarnya Riki…” kata cewek tersebut.
DEGGG…
Perasaan Winda kaget dan bingung tak karuan. Tetapi Winda tak langsung percaya begitu aja. Dia berusaha tenang.
“ Riski siapa yang kamu maksud….” tanya Winda balik.
“ Ya…, Riski pacar kamu lah, siapa lagi. Yang kuliah di Malang kan….”
Gak mungkin jika Riski menduakanku dengan cewek lain, ini mustahil. Aku yakin Riski mencintaiku selamanya. Dia tak akan mengkhianatiku. Gumam Winda dalam hati.
Dan cewek yang bernama Faricha ini tak kunjung pergi dari hadapannya Winda.
“Apa buktinya, kalau kamu pacarnya Riski…” pinta Winda.
“ Ada…ini..” Faricha memberikan fotonya bersama Riski saat ia berciuman
DEEEGGG!!!
Seakan-akan jantung Winda serasa sedikit menghilang bahkan mau berhenti. Tak lama kemudian airmatanya menetes begitu deras. Faricha meninggalkan Winda dengan senyuman yang tidak menyenangkan.
Winda terus menangis dan selang kemudian Dian menghampirinya.
“ Ada apa cin…kamu ko‟ menangis,..” tanya Dian sambil memeluk.
70
“ Risky..Riski..ian.” ucap Winda dengan isak tangisnya.
“ Kenapa Riski..” tanya balik Dian
“ Dia selingkuh, mengkhianatiku,,,,” kata Winda.
“ kata siapa,,,”
“ Tadi pacarnya yang yang kedua datang. Aku sakit sekali..”
“ Jangan percaya dulu, tanya Riski dan bicarakan baik-baik.” kata Dian.
***
Siang berganti malam. HPnya Winda berdering, ternyata itu dari Riski tapi Winda tetap tak mau mengangangkatnya. Malah asyik tiduran sambil menangis. Setiap kali melihat wajahnya Riski, ia seperti pengen muntah. Semenjak peristiwa tadi siang hatinya terasa terluka.Wajahnya tampak pucat dan tak berdaya. Sedetik,dua detik terus berjalan. Secara tak sengaja Riski tiba-tiba teriak-teriak di bawah.
“ Cinrara sayang, kenapa kamu ga angkat teleponku. Kamu kenapa.” teriak Riski dengan kencang.
Winda kemudian keluar dan mendatangi Riski dengan penuh amarah. Airmatanya masih menetes.
“ Tanya ajah sama pacarmu. Si Faricha itu..” jawab Winda
“ Faricha siapa yang kamu maksud..” tanya Riski
“ Udah jangan bohong, kamu selingkuh kan. Kenapa kamu tega, padahal aku sangat mencintaimu Riski, mana janjimu selama ini katanya sehidup semati berdua, tapi kini kamu begitu tega padaku. Kamu pembohong, pergi..pergi..pergi..” jeritan hati Winda diucapkan melalui kata-katanya yang dilontarkan ke Riski.
Winda berusaha mengusir Riski dengan mendorong-dorongnya. Selang beberapa menit Dian datang untuk menemani Winda.
“ Eh Riski.., udahlah kamu ngaku aja kalau kamu benar-benar mempunyai cewek lain disana yang bernama Faricha itu….” kata Dian sambil memeluk sahabatnya itu.
“ Aku beneran, aku gak tau siapa Faricha itu..sumpah deh.”
“ Udah Cinrara…, ayo kita masuk,,,” ajak Dian ke Winda.
“ Sebentar….” Winda sedikit berjalan maju mendekati Riski.
“ Dengar ya, mulai hari ini kita putus. Sana kamu sama Faricha pacar gelapmu itu..” kata Winda sambil masuk ke dalam kos.
“ Tapii…Cinrara, aku ga bohong. Oke aku akan buktikan bahwa aku sangat mencintaimu dan cewek Faricha itu pembohong. Brengsek..” teriak Riski dengan diakhiri kakinya menendang tempat sampah di depannya.
Dan tanpa disengaja dari arah atas di lantai 2 ada ibu-ibu yang tiba-tiba muncul dan menyiram Riski dengan air bekas pel tadi pagi.
“ Apa-apan sih ibu….nyiram sembarangan ajah.” teriak Riski
“ Enak ajah, kamu itu yang sembarangan. Malam-malam ganggu orang tidur saja, ga pantas cowok malam-malam main kerumah cewek apalagi urusan cinta…” kata ibu itu.
“ Terserah dong…apa urusannya sama ibu.”
“ Kurang ajar,,, tunggu ya kamu disitu aku bawa kan sapu buat mukulin kamu.” Ibu itu.langsung bergegas masuk dan mengambil sapu yang ada di dalam. Sedangkan Riski segera kabur dengan motor gedenya agar tidak kena pukul sapu ibu itu. Sesampainya ibu tersebut keluar rumah Riski udah tidak ada.
“ Oo…, dasar anak kurang ajar. Awas ya ntar kalau sampai kesini lagi…uwhh aku peres-peres seperti cucian ntar.”
****
Fajar pagi telah menampakkan batang hidungnya. Tak lama kemudian dunia disambut oleh sang surya yang sinarnya begitu bening pagi ini. Masih dipelataran kampus, Winda dan Dian tampak santai berjalan menuju arah fakultasnya. Ditengah-tengah mereka berjalan, tiba-tiba Riski datang dengan motor gedenya tepat di depan Winda dan Dian.
“ Cinrara., dengarkan penjelasanku dulu…” pinta Riski
“ Sudahlah. Anggap saja kita ga pernah ada apa-apa.” Tukas Winda sambil memancarkan amarah diwajahnya ke Riski.
“ Tapi. Cinrara, aku ga bohong. Aku ga kenal siapa orang yang namanya Faricha itu..”
“ Udahlah Riski pergi sana, dasar kamu cowok ga punya perasaan.” ujar Dian ke Riski.
Akhirnya cewek yang bernama Faricha itu datang lagi dihadapan Winda. Kali ini dia juga muncul dihadapan Riski. Perasaan Winda semakin sakit setelah melihat kedatangan Faricha dihadapannya.
“ Haii, Cinrara, Hai Riski. Dan kamu cewek ga dikenal..” sapa Faricha.
DEGG…!!!
Perasaan Winda berubah menjadi kelam. Riski terlihat kaget melihat Faricha. Dian tampak sebel melihat Faricha apalagi setelah disebut cewek tak dikenal.
“Farich….” ucap Riski dengan kaget.
“ Tuh kan kamu kenal dia, dasar pembohong.” ujar Winda.
“ Bukan begitu sayang, Aku ga bohong Farich ini adalah…” jelas Riski tetapi Faricha langsung memeluk Riski dengan erat.
“ Sayang, katanya kamu mau menikahi aku, tapi kenapa pas hari H kamu tinggalin aku…” kata Faricha.
“ Apa-apaan sih kamu, sinting ya, aku itu bukan siapa-siapa kamu.” tegas Riski ke Faricha sambil berusaha melepaskan pelukan Faricha.
“ Riski kamu ko‟ gitu sih, eh cewek jahanam. Semua ini gara-gara kamu tau ga‟,,,dengar ya, Riski ini adalah pacarku, dan hampir saja dia menikahiku tapi semenjak kemunculanmu dia kini meninggalkanku.” ucap Faricha dengan penuh amarah dan kemudian menampar Winda dengan keras.
“Aaaaaaa…..” teriak Winda.
“ Dasar perempuan gila kamu…” kata Dian.
“ Eh apa-apan kamu ini Farich, Dengar ya aku bukan pacarmu Riski itu…pergi sana…”
Winda tidak berhenti menangis dan airmatanya terus berlinang. Selang beberapa kemudian Winda melarikan diri kearah jalan raya yang sangat ramai dan bising. Teriakan Dian dan Riski yang memanggil nama Cinrara terdengar nyaring dan keras tapi Winda tak menghiraukannya. Sedangkan Faricha hanya tertawa-tawa senang melihat hancurnya hubungan Winda dan Riski. Cewek misterius yang bernama Faricha ini telah membuat semuanya kacau dan berantakan. Winda terus berlari dan Dian serta Riski terus mengejarnya tetapi kenyataan memang pahit Winda tak bisa mengendalikan dirinya dan dalam pikirannya hanya kesedihan dan perselingkuhan pacarnya.Tanpa disadari maut didepannya.
BRRRRRAAAAAAAAAAAAKKKKKK….!!!!
Tak tahu darimana asalnya suara itu. Ternyata Winda sudah tergeletak dijalan raya dan mobil itu telah menabraknya hingga Winda lemah dan tak berdaya. Darah seperti membajiri tempat itu. Dian dan Riski dengan hati yang sedih membawanya ke rumah sakit dengan mobil yang menabraknya tadi.
***
Riski bersama Dian siap dan siaga menunggu Winda didepan kamar IGD (instalasi gawat darurat) rumah sakit. Rasa deg-degan dan cemas dihati Riski dan Dian semakin berkobar di dada mereka. Dokter dan suster tampak serius sekali dalam menangani Winda dan tak lama kemudian dokter yang bernama dokter Arif dan didampingi suster Rahma keluar dari ruang instalasi gawat darurat. Riski dan Dian bergegas menghampiri dokter dan suster tersebut.
“ Bagaimana keadaan pacar saya, dok. ” tanya Riski dengan penuh penasaran.
“Kamu sabar ya, pacarmu sekarang masih dalam keadaan kritis dan kemungkinan kedua matanya akan buta.” kata dokter Arif.
“ Apa dok, teman saya akan buta…” ucap Dian dengan kaget.
“ Ini ga mungkin dok, lalu bagaimana supaya dia bisa melihat lagi dok..” tanya Riski kembali,
“ Hanya ada satu cara,,, “ kata dokter Arif.
“ Apa itu dok..” desak Riski dengan penasaran.
“ Jika ada pendonor mata bagi pacarmu itu. Carilah, saya permisi dulu.” kata dokter Arif sambil pamit dari hadapan mereka.
“ Yang sabar ya kalian…” ucap suster Rahma dengan senyumannya yang ramah.
“ Ian…, semua ini gara-gara aku. Seandainya tidak ada cewek misterius yang bernama Faricha itu, pasti semua ini ga akan terjadi…” kata Riski.
“ Sebenarnya siapa Faricha itu Ris...” tanya Dian sambil duduk dikursi.
“ Dia adalah kekasih dari sahabat dari kakakku, namanya juga Riski. Wajahnya juga hampir mirip wajahku. Setahun yang lalu Faricha diajak nikah tapi pasangannya kabur entah kemana dan semenjak itu pula setiap orang yang mirip dengan Riski, dia anggap calon suaminya.” jelas Riski.
“ Jadi cewek yang bernama Faricha itu gila setelah pernikahannya ga jadi…”
“ Iya betul, tapi setahuku dia sudah masuk RSJ (rumah sakit jiwa), tapi kok masih berkeliaran ya…”
“ Entahlah…”
Tiga hari telah berlalu. Kini Winda sadar dalam tidur panjangnya selama tiga hari berturut-turut. Dokter Arif dan suster Rahma beserta Riski dan Dian sedang menunggu masa sadarnya Winda. Akhirnya Winda sedikit demi sedkit berusaha membuka matanya dan setelah ia membuka matanya semua terasa gelap.
“ Dokter…, kenapa mata saya dok ? apa yag terjadi dan kenapa semua menjadi gelap dok…?” teriak Winda sambil kebingungan dan tiba-tiba airmatanya berlinang.
“ Nona Cinrara. Anda mengalami kebutaan…” kata dokterArif.
“ Ini tidak mungkin dok…” kemudian Winda berusaha memberontak sehingga memecahkan apapun yang ada didekatnya. Kemudian Dian memeluk Winda.
“ Sabar ya Cin, ini semua ujian dari Allah…” tenangkan Dian dengan penuh kasih sayang.
“ Cinrara….” panggil Riski dengan suara pelan.
“ Mau apalagi kamu, Cowo brengsek…pergi…pergi..” sambil meraba-raba apa aja yang didekatnya dan melemparkannya kearah Riski.
“ Cinrara, sabar dulu, semua ini salah paham. Riski kamu pergi dulu biar aku coba jelaskan ke cinrara.” pinta Dian ke Riski.
Riski kemudian pergi dari kamar inapnya Winda. Dian pun menjelaskan yang semua terjadi mengenai kesalahpahaman ini. Namun Winda belum sadar juga karena dia sudah terlalu sakit hati. Apalagi sekarang ia buta walau semua itu bukan kesalahan Riski tetap Winda kekeh belum bisa memaafkan Riski.
***
Hari demi hari telah mereka lalui mulai dari Riski berusaha memperbaiki hubungannya dengan Winda. Walau Winda belum bisa memaafkannya tetapi Riski tetap terus berjuang untuk mendapatkan hati Winda kembali. Hari-hari Winda kini dipenuhi kesedihan dan kegelapan akibat kebutaannya. Winda seakan-akan mulai putus asa.
“ Cinrara, makan dulu ya…sini biar aku suapin.” tawar Dian.
“ Cukup ian…, aku muak dengan tingkahmu yang memperlakukan aku seperti anak kecil.” tegas Winda sambil marah-marah dengan meraba-raba dan mencari-cari sesuatu yang ada didekatnya.
Kemudian melempar apa-apa yang ada didekatnya. Riski yang sempat datang. Dia hanya melihat Winda dari bibir pintu kamar tersebut. Dia merasa iba dan sedih serta merasa bersalah atas peristiwa yang membuat Winda menjadi buta. Akhirnya ia memutuskan untuk mendonorkan matanya untuk Winda.
“ Apa kamu yakin Riski bahwa kamu akan mendonorkan matamu buat pacarmu.” tanya dokter Arif.
“ Iya dok.., aku siap dengan segala sesuatu yang terjadi toh semua ini demi kebahagiaan orang yang aku sayang.” tegas Riski dengan penuh harapan.
“ Baiklah. “ jawab dokter Arif
“ Suster Rahma.” Panggil dokter Arif.
“ iya dok….” jawab suster Rahma
“ Tolong persiapkan semuanya untuk operasi dua hari yang akan datang.” pinta dokter Arif.
“ Baik dok. Siap dilaksanakan.”
“ Terima kasih dokter….” ucap Riski.
Ternyata Riski selama ini cintanya begitu dalam kepada Winda. Sampai ia rela mendonorkan matanya. Dia juga ingin melihat kekasihnya bahagia kembali dan ingin membuktikan bahwa ia sangat mencintai Winda dengan setulus hati.
Hari dimana Riski akan mendonorkan matanya ke Winda telah tiba. Saatnya mata itu ditransplatasikan ke Winda. Semua segala alat yang ada hubungannya dengan operasi telah siapkan. Operasi itu dilakukan dengan penuh ketegangan. Sedangkan Dian menunggu di depan ruang operasi. Detik demi detik, menit demi menit telah berlalu akhirnya operasi telah selesai juga.
Kini dokter Arif bersama suster Rahma membuka perban yang menutupi matanya Winda setelah dioperasi. Perban itu akhirnya telah dibuka dan sedikit-demii sedikit Winda melihat cahaya terang didepannya.
“ Dokter, Dian,suster, aku bisa melihat kembli…ya Allah terima kasih.” teriak Winda dengan senang sekali.
“ Alhamdullilah cinrara kamu bisa melihat kembali..” Syukur Dian.
“ Dok, siapa ya yang mendonorkan matanya untukku, saya ingin berterima kasih padanya..”
“ Dia adalah orang yang mencintai kamu dengan setulus hati…”
“ Siapa dok…..” tanya Winda dengan penuh penasaran.
“ Mari saya antar untuk ketemu seseorang itu nona Cinrara…” ajak suster Rahma ke Winda.
Kemudian Winda dibantu dengan kursi rodanya. Ia mengikuti suster Rahma dan Dian membantu Winda mendorong kursi rodanya tersebut.
Tetapi diluar ada Faricha yang berusaha masuk ke dalam rumah sakit tapi dihalang-halangi oleh para perawat rumah sakit jiwa yang sedang merawatnya.
“ Saya ga gila tau, saya itu mau nikah sama pacar saya Riski…, kok dihalang-halangi sih…dasar semua gila ha ha ha ha…” teriak Faricha sambil ketawa-ketawi.
Terus Faricha berteriak seperti itu dan para perawat RSJ lekas membawanya kembali ke RSJ agar tidak mengggangu orang-orang lagi.
“ Kenapa dengan cewek yang bernama Faricha itu suster,, kok dia diperlakukan secara kasar.” tanya Winda.
“ Oh .., dia itu orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa. Katanya sih dia gila karena semenjak ditinggal kabur calon suaminya pada hari pernikahannya dan calonnya sama persis seperti Riski pacarmu. Jadi tiap orang yang bernama Riski dianggap calon suaminya…” Cerita suster Rahma membuat Winda menyadari bahwa sebenarnya Riski tidak tahu menahu tentang Faricha. Ia merasa bersalah karena tidak mendengar nasehat Dian dan penjelasan Riski waktu itu.
“ Ian..Rizki sekarang dmana…” tanya Winda ke Dian.
“ Ntar kamu juga ngerti….” kata Dian
Sesampai kamar yang dimaksud dan suster Rahma mempersilahkan Winda masuk dan ternyata Winda terkaget-kaget ketika melihat Riski terbaring lemah dengan sadar. Tanpa bisa melihat kembali alias buta.
“ Riski…., jadi kamu yang mendonorkan mata ini. Kenapa kamu lakukan semua ini…” tanya Winda.
“ Iya, Cinrara. Karena aku sangat mencintaimu, aku sekarang rela hidup dalam kegelapan asalkan kamu bahagia dan inilah bukti cintaku kepadamu…” ucap Riski dengan penuh ketulusan.
“ Maafkan aku Riski karena aku terlalu egois dan tak mengerti karena sakit itu…”
Kemudian Winda memeluk Riskiyang sedang terbaring ditempat tidur dan akhirnya mereka kembali dengan cinta sejatinya dan tak ada orang gila lagi semacam faricha yang bisa menghancurkan hubungan mereka dan cinta mereka akan abadi untuk selamanya.
***
Sekian
Cerpen karya : Imam Aris Sugianto
FP : Imam Aris Sugianto