Cerpen Sedih - 4SA


Cerpen Sedih - 4SA yang satu ini merupakan cerpen yang sangat mnarik untuk di baca, penasaran bukan dengan cerpen cinta yang satu ini silakan di baca deh dari pada penasaran berlanjut yang menjadi komplikasi hati dan perasaan

 
4SA
Mufidatun Fauziyah




Selamat!!! Kamu terpilih menjadi anggota ForeyesCommunity. Cp: Tetra (08999999999)...
***
            Aku menatap layar komputer. Ada email masuk. Aneh. Tidak ada nama pengirim, hanya ada subyek: please read this message! Dengan terpaksa kubuka email itu.
            Halo Difka, Aku teman masa depanmu. Aku ingin memberikan kabar buruk untukmu. Tentang seseorang yang sangat-sangat kamu kenal. Tapi sayang kamu tak menyadarinya. Baiklah, akan kubocorkan ceritanya padamu.
            Aku terdiam saat membaca pesan itu. Bagaimana bisa dia tahu namaku? Bahkan aku baru saja membuat email itu. Segera kusapu ke seluruh ruangan kelas ini. Tidak ada tanda-tanda keanehan apa pun. Semua murid memperhatikan penjelasan pak Yono dengan seksama.
            Sebut saja dia 4sa (baca: A Sha). Sepulang sekolah gadis itu menuju loker dan mendapati sebuah surat misterius di dalam lokernya: Selamat!!! Kamu terpilih menjadi anggota ForeyesCommunity. Cp: Tetra (08999999999). Website: www.fc.com. Gadis itu tampak terhenyak saat membacanya. Ia  tak menghiraukan surat itu dan mulai berjalan menuju gerbang sekolahnya.
            HP A Sha berdering sesaat. Wajahnya memucat seketika. Dia mengangkatnya dengan gugup. Penelpon berkata padanya untuk datang ke aula sekolah jam tujuh tepat karena namanya mengandung angka empat setelah dihitung. Wajahnya tampak ketakutan dan ia langsung mematikan ponselnya.
Aku berhenti membaca isi pesan itu. Pesan yang aneh. Pelajaran masih berlangsung dengan khusyuk. Hanya aku yang tak fokus. Iseng-iseng ku-scroll naik turun tulisan email itu. Ah, banyak sekali tulisannya.
Deg! Tiba-tiba mataku terbelalak tatkala tak sengaja membaca tanggal pengiriman email itu. Tanggal 10 Juli 2013. Segera kuraih ponsel-ku di depan komputer dan kutatap tanggal hari ini, 7 Juli 2013. Tidak mungkin! Ini tidak masuk akal!
Aku mulai berpikir. Apakah pengirim email ini memang benar adanya dari masa depan? Lalu siapa A Sha? Aku tak mempunyai teman bernama A Sha. Di sekolah baruku ini, aku tak pernah berbincang-bincang dengan siapa pun kecuali Ema dan Isna, itu pun hanya membicarakan hal-hal yang penting saja. Suasana kelas yang gelap menambah ruangan kelas ini menjadi mencekam. AC yang berhembus normal mendadak terasa dingin sekali. Aku merinding.
Malam harinya A Sha benar-benar datang ke aula sekolah. Si Penelpon yang ternyata bernama Tetra menjemputnya secara paksa. A Sha tak bisa berkutik karena ia tak bisa mengatakan kalimat ‘tidak’.
Sesampainya di aula, A Sha dihadapkan dengan dua orang berjubah hitam, teman Tetra. Mereka hanya menampakkan wajahnya saja dengan mata ber-softlens merah. Tampak jelas air muka A Sha mengeras. Kedua kakinya bergetar.
Di aula yang kosong mlompong itu, yang lampu neonnya sudah remang-remang, mereka duduk melingkar. Tak lama kemudian datanglah seorang laki-laki berkaca mata tebal. Ia adalah orang terpilih seperti A Sha. Sebut saja dia Quarto, laki-laki berkaca mata tebal yang cupu.
Tetra segera mengenakan jubah hitam dan tersenyum bengis pada mereka.  Tetra ialah ketua ForeyesCommunity, alumni angkatan 2008. Tubuhnya gendut. Matanya sipit, namun terlihat besar karena pengaruh celak yang ia coretkan. Fouri, laki-laki berwajah paling tampan. Bentuk tubuhnya bak atletis. Ia anggota ForeyesCommunity sejak 2009. Neto yang pendiam, ia penyuka petualangan.
Setelah perkenalan, Tetra menjelaskan mengapa A Sha dan Quarto harus menjadi anggota ForeyesCommunity. Ya, karena setelah dihitung, dijumlahkan setiap huruf alfabet pada nama mereka,  ditemukan angka empat. Angka keramat yang selama ini ingin mereka kuak misterinya.
 Fouri menjelaskan bahwa angka empat, bagi sebagian orang adalah angka sial. Di Asia Timur, khusunya, angka empat tidak boleh digunakan untuk nomor lantai, jalur kereta, dan lain sebagainya. Mereka beranggapan bahwa angka empat yang apabila dilafalkan dengan bahasa China yaitu sa, berhomonim dengan arti kematian!
Tuhan menciptakan empat musim. Dalam agama Kristen, dikenal empat gospel. Dalam Islam, terdapat empat kitab. Dalam kajian psikologi dikenal empat kepribadian. Ada empat pilar yang membangun suatu negara. Ada empat golongan darah. Semua serangga bersayap, kecuali lalat, memliki empat sayap.
Tertra menyuruh mereka untuk membuktikan bahwa angka empat tidak selamanya angka sial. Namun, tak disangka, Quarto dengan tegas menolak dan meminta komunitas itu saja yang membuktikannya. Neto yang banyak diam akhirnya berkata bahwa ia dan teman-temannya sebenarnya telah mencoba menguak misteri itu, namun selalu gagal. Dan mereka ingin bahwa Quarto dan A Sha lah yang harus menguaknya, membuktikan bahwa angka empat tidak selamanya angka sial.
Untuk meyakinkan mereka, Fouri berkisah bahwa dulu di sawah samping sekolah, pernah terjadi pembunuhan. Tepatnya pada tahun 1994, ada seorang siswa bodoh yang menemukan rumput semanggi langka berdaun empat, beberapa hari setelah itu prestasinya melonjak, tanpa ia harus belajar. Ia pun jadi ketagihan. Setiap hari ia habiskan waktunya untuk mencari rumput semanggi berdaun empat, hingga suatu hari ia harus kehilangan nyawa karena berebut daun semanggi berdaun empat dengan sahabatnya sendiri. Kepala Siswa itu dipenggal oleh sahabatnya. Kepalanya lalu dibuang di sungai kecil di sawah tersebut. Sahabatnya itu menyesal dan memenggal kepalanya sendiri dengan kapaknya.
Aku membuang nafasku. Kutelan lidahku pahit-pahit. Wajahku memucat. Kupalingkan wajahku ke jendela. Deg! Aku melihat seseorang berdiri di balik jendela, kepalanya perlahan putus. Jatuh. Lalu darah dari lehernya muncrat-muncrat. Tidak mungkin! Ini pasti hanya halusinasiku saja.
Tetra meyakinkan A Sha dan Quarto lagi. Dengan mengiming-imingi cita-cita mereka yang menjadi fotografer terkenal, Fouri menyuruh mereka untuk terjun ke lapangan. Mereka harus memotret dua siswa yang telah menjadi hantu tanpa kepala itu. Setelah itu mereka harus mencari rumput semanggi berdaun empat dan diberikan kepada arwah gentayangan itu. Kalau mereka menemukan dan selamat, berarti angka empat memang tidak selamanya sial.
Tetra menyeret A Sha dan Quarto keluar gedung sekolah. Mereka hanya pasrah dan memasang tampang ketakutan. Mereka yang sudah membawa kamera dibawa ke suatu persawahan di samping sekolah.
Persawahan yang luas dengan rumput-rumput ilalang yang tinggi. Sungai kecil membelah persawahan bak pisau di tengah-tengah kain hijau. Tidak jauh dari sungai kecil, tampak sungai besar yang dalamnya lebih dalam dari sumur paling dalam sekali pun.
Quarto berlari ke arah sungai kecil dengan kameranya. A Sha hanya terdiam di tengah-tengah sawah. Rasa ketakutan yang luar biasa mulai menyelimuti keduanya. Gelap. Tidak ada penerangan sama sekali kecuali hanya lampu dari HP keduanya. A Sha dengan perlahan mulai mengarahkan kamera SLR-nya. Dan bayangan hitam nan tinggi mulai mendekatinya. A Sha tak mampu bergerak dan berucap. Ia hanya berdiri terpaku.
Dengan tangan bergemetar, A Sha membidik bayangan hitam itu. Namun sangat mengejutkan, bayangan itu kontan berubah menjadi hantu tanpa kepala. Pakaiannya lusuh dan berlumuran darah di mana-mana. A Sha menjerit.
Hantu tanpa kepala itu berjalan tertatih-tatih mendekati A Sha, salah satu tangannya membawa kapak. Lalu terdengar suara Quarto mendengung. A Sha segera berlari menuju sungai kecil. Hantu tanpa kepala itu mengikuti A Sha dari belakang. Sesekali ia menggoyangkan kapaknya.
Sesampainya A Sha di dekat sungai kecil, ia tidak menemukan Quarto. A Sha membalikkan badannya. Hantu tanpa kepala itu terus berjalan mendekatinya. Dan yang paling mengejutkan, hantu tanpa kepala itu bertambah satu lagi. Mengenakan seragam sekolah putih abu-abu. A Sha semakin ketakutan. Peluh mengucur deras membasahi tubuhnya dan rambutnya yang panjang dan lurus.
A Sha mencabuti rumput-rumput semanggi dengan kasar. Tapi ia tak menemukan semanggi yang berdaun empat. Sementara kedua hantu tanpa kepala itu sudah benar-benar dekat. A Sha cepat-cepat menghindar dan berlari tak tentu arah.
Tiba-tiba A Sha tersandung gundukan tanah, membuatnya terjatuh. Terkapar. Gundukan tanah itu tak lain ialah empat kuburan dengan nisan bertuliskan nama Terta, Fouri, Neto, dan Quarto. Quarto!

Maaf, Difka, aku tidak bisa meneruskan cerita ini, nanti aku kirim saja foto gadis itu, semoga kau bisa menyelamatkannya.
                                                                                                           
                                                                                                Teman Masa depanmu,
                                                Tetra
Bulu kudukku benar-benar berdiri. Detak jantungku mulai tak stabil. Kutoleh Ema yang duduk persis di meja samping kiriku. Ema Natasha. Ya, namanya Ema Nat-asha. Apakah dia? Ya, hanya dia yang bisa dibilang paling dekat denganku.
Kuperhatikan wajah Ema yang pucat, tak seperti tadi pagi. Aku takut akan terjadi sesuatu padanya. Sejurus kemudian aku melihat sosok tanpa kepala itu lagi di samping Ema. Duduk di lantai. Membawa kapaknya. Aku segera melengos.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Pak Yono menutup materinya. Serentak para murid berhamburan keluar kelas. Begitu pula Ema. Aku segera mengejar Ema yang dengan riang berjalan bersama Isna menuju koridor sekolah.
“Ema, selama beberapa hari ini jangan buka loker!” ucapku dengan nafas tersengal-sengal.
Ema berhenti dan mengerutkan keningnya. “Emang kenapa, Dif? Aku nyimpen sepatu futsal kak Mario di sana, mau aku kembaliin sekarang.”
“Ya, pokoknya jangan. Aku nggak bisa nyeritain sekarang. Aku mohon, Ma. Ini demi hidup dan matimu,” ucapku yang langsung ditertawakan olehnya dan Isna.
“Ada-ada aja, kamu, Dif. Aku buru-buru nih.” Ema dan Isna melanjutkan langkahnya menuju koridor sekolah yang di sana terdapat loker-loker kayu.
Aku panik. Aku mengikuti mereka dari belakang. Saat Ema dan Isna sudah sampai di depan loker, Ema membuka lokernya dan mengeluarkan sepasang sepatu futsal.
“Kenapa, Dif? Tuh lokerku nggak ada apa-apanya.” Ema terkikik seraya memperlihatkan isi lokernya yang kosong. Mereka lalu meninggalkanku yang terpaku dengan penuh keheranan.
Aku bergeming sesaat. Aku lalu membuka lokerku untuk menitipkan beberapa buku yang berat apabila kubawa pulang. Deg! Aku menemukan secarik amplop berwarna merah. Kubuka amplop itu dan kutarik isinya.
Selamat!!! Kamu terpilih menjadi anggota FoureyesCommunity. Cp: Tetra (08999999999). Website: www.fc.com. (Difka. D:4, I:9, F:6, K:11→2, A:1= 4+9+6+2+1= 22→4). Sa.
Mataku membulat membaca tulisan itu. Bersamaan dengan itu, HP-ku berdering. Sebuah pesan MMS telah masuk. Saat kubuka, terpampang jelas foto seorang gadis tergeletak di dekat sungai kecil. Kepalanya terpenggal. Matanya melotot merah. Gadis itu aku.
***