Cerpen Cinta - GADIS PENJUAL MIMPI
Cerpen Cinta - GADIS PENJUAL MIMPI berikut cerpen yang berjudul GADIS PENJUAL MIMPI.
Cerpen ini berkisah tentang seorang lelaki yang bertemu gadis di sebuah taman. Gadis itu menawarkan cairan mimpi. Semula lelaki itu menganggap omongan gadis itu mustahil.
Tetapi setelah mencoba ternyata benar. Lelaki itu menjadi langganan gadis penjual mimpi tersebut. dan, diam-diam mulai jatuh cinta. Saat laki-laki itu hendak menyatakan cinta, sesuatu terjadi.
Sesuatu yang mengungkap siapa gadis penjual mimpi itu sebenarnya. :) Itu sedikit gambaran dari cerpen ini. Semoga kalian suka ya
Tetapi setelah mencoba ternyata benar. Lelaki itu menjadi langganan gadis penjual mimpi tersebut. dan, diam-diam mulai jatuh cinta. Saat laki-laki itu hendak menyatakan cinta, sesuatu terjadi.
Sesuatu yang mengungkap siapa gadis penjual mimpi itu sebenarnya. :) Itu sedikit gambaran dari cerpen ini. Semoga kalian suka ya
Cerpen Cinta - GADIS PENJUAL MIMPI
"Apa kamu mau membeli mimpi?"
Aku
mengerjap. Bingung mesti menjawab apa. Sementara gadis berponi di depanku itu
masih saja tersenyum simpul, menunggu jawabanku.
Sore
itu, sepulang sekolah, aku duduk di bangku besi dengan sandaran melengkung di
taman kompleks perumahan. Menikmati kesendirian dengan memerhatikan orang-orang
yang berlalu lalang. Ada Ibu-ibu yang mengajak balitanya bermain sambil memberi
makan, anak-anak kecil bersepedaan, bahkan beberapa orang dewasa yang jogging.
Saat itu
aku benar-benar menikmati kesendirianku. Sesekali aku memetik senar gitar yang
berada di pangkuan. Hingga gadis itu datang dengan keranjang rotan yang di
atasnya ditutupi sehelai kain bermotif polkadot ditangannya, dan menawarkan
sesuatu yang sangat aneh bagiku.
"Apa
kamu mau membeli mimpi?" tanyanya lagi. Mungkin mengira aku tidak
mendengarkannya.
"Mimpi?"
Gadis
itu mengangguk mantap. "Aku menjual banyak mimpi. Kamu hanya tinggal
memilih mau mimpi yang mana."
Aku
semakin melongo mendengar jawabannya. Dalam benakku terlintas pertanyaan, apakah
mimpi bisa diperjualbelikan?
Karena
penasaran aku kembali bertanya. "Memangnya berapa kau jual untuk satu
mimpi?"
Sekali
lagi gadis itu tersenyum. Begitu manis. Sepasang lesung pipi menyembul di
pipinya. "Aku tidak menetapkan harga. Terserah kamu mau membayarnya
berapa." Gadis itu melepaskan kain yang menutupi keranjangnya. Aku melihat
beberapa botol kecil berisi berbagai cairan berwarna-warni tersusun di dalam
keranjang. "Ini cairan mimpi," lanjutnya.
Sebenarnya
aku tidak percaya dengan omongan gadis itu. Mustahil sekali cairan dalam botol
itu berisi mimpi. Tapi, melihat senyum mengharap milik gadis itu, aku jadi
tidak tega menolaknya. Ah, aku ini lelaki perasa. Pantas saja banyak gadis yang
sengaja mempermainkanku.
Aku
meronggoh saku. Mengeluarkan selembaran lima ribu, sisa uang sakuku tadi siang.
Lalu aku menyerahkannya pada gadis tersebut. "Apa ini cukup untuk membeli
satu mimpi indah?"
"Tentu
saja."
Gadis
itu mengambil satu botol yang di dalamnya berisi cairan berwarna hitam pekat.
Seperti kopi. Lalu, ia menyerahkan botol itu padaku. Aku menerimanya dengan
kedua tangan.
Setelah
mengambil uangku--menyimpannya dalam keranjang--gadis itu pergi. Sebelum pergi
dia berpesan jika aku ingin membeli mimpi lagi, aku bisa menemuinya di taman
ini pada sore hari.
***
Sore itu
selepas mengganti seragam sekolah, aku langsung menuju taman. Langkahku gegas.
Tujuanku saat itu hanya satu: menemui gadis penjual mimpi tersebut.
Semalam
sebelum tidur aku memegang botol cairan mimpi tersebut. ragu mau kuapakan.
Semula aku berniat untuk membuangnya. tapi, setelah dipikir-pikir sayang sekali
membuang sesuatu yang sudah dibeli. Pada akhirnya cairan itu kuminum. Rasanya
... ya seperti kopi.
Setelah
meminumnya, aku mengantuk. Aku tertidur begitu saja. Dan, baru bangun keesokan
harinya dengan perasaan lega. sangat lega. Gadis itu benar. Aku benar-benar
bermimpi indah. Saking indahnya aku sulit menceritakan mimpi tersebut.
Sore ini
aku berniat membeli satu mimpi lagi.
Gadis
itu baru datang setelah aku menunggunya selama satu jam lebih. Rambut hitam
sepunggungnya yang diikat bergerak-gerak saat ia berjalan menghampiriku.
Senyumnya mengembang indah.
"Kamu
ingin membeli mimpiku lagi?" tanyanya seraya duduk di bangku. Aku
mengangguk cepat dan mengeluarkan uang lima ribu dari saku celana. Setelah dia
memberikan cairan mimpi kami kembali berpisah.
Sejak
itu aku sering menemui gadis penjual mimpi itu di taman. Aku tak pernah
meragukan omongannya. Cairan mimpi yang dijualnya benar-benar nyata. Setiap
malam kini aku terus bermimpi indah.
Semakin
lama pertemuan kami tak hanya diisi proses jual beli. Kami kini sudah saling
mengenal. Namanya Yelvita. Mimpi. Begitu artinya, katanya padaku. Selain
bertukar nama, kami juga bertukar cerita. Diam-diam aku mulai menyukainya.
Sekarang
aku selalu menanti-nantikan sore hari. Karena pada saat itu aku akan bertemu
lagi dengan Yelvita. Gadis manis penjual mimpi.
***
Sore
menyapa lagi. Dan, aku sudah di taman. Menunggu Yelvita.
Yelvita
datang seperti jam-jam biasanya dia datang. 16.20 WIB. Terkadang aku
bertanya-tanya dalam hati, mengapa dia bisa muncul di waktu yang selalu sama?
"Sekarang
kamu mau membeli mimpi apa lagi?" tanyanya.
Sudah
banyak mimpi indah yang kubeli. Kali ini aku tak ingin lagi bermimpi. Aku ingin
keindahan yang nyata. Yaitu memiliki Yelvita. Ya, aku bertekad menyatakan
perasaanku. Aku menyukainya.
"Ah,
kamu tak perlu katakan. Aku akan memilihkannya," ucap Yelvita sambil
memilih-milih botol dalam keranjangnya.
"Vita
.. aku t--"
Yelvita
memotong. "Kali ini biarkan aku memilihkannya untukmu," pintanya
dengan senyum manis.
Aku
menelan kata-kata yang ingin kuucapkan. Kuperhatikan Yelvita yang begitu serius
memilih. Aku menghela napas panjang.
Dan,
semuanya terjadi begitu saja. Tiba-tiba dua lelaki berseragam putih datang.
Memegang Yelvita. Aku kaget dibuatnya. Tapi, Yelvita tidak. Ia masih sibuk
memilih botol. Seolah tidak menyadari kedua lelaki itu.
Salah
satu lelaki berseragam putih itu berkata, "Lagi-lagi kamu main terlalu
jauh. Ayo kita pulang. Kamu harus minum obat."
Kemudian
lelaki berseragam putih lainnya menoleh padaku dan bertanya, "Anda
baik-baik saja? Gadis ini tidak berbuat hal jahat pada Anda, kan?"
Aku
diam. Bingung mau menjawab apa. Aku hanya menatap Yelvita yang masih saja sibuk
memilih-milih botol dalam keranjangnya. Bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya
ada apa ini?
Dan,
semua terjawab saat aku melihat Yelvita digiring masuk ke sebuah mobil berwarna
putih. Di badan mobil terdapat tulisan 'Rumah Sakit Jiwa Pekerti'.
Setelah
mobil itu menghilang dari pandangan, satu kesadaran menerpaku. Yelvita adalah
pasien rumah sakit jiwa. Lalu ... apa arti mimpi-mimpi indah dan cairan mimpi
yang kuminum selama ini?
Perpustakaan Soeman HS Pekanbaru
31 Desember 2014, 13.10 WIB
*FIN*