Cinta Dalam Tahajudku
Kali ini mimin kasi cerpen islami yang tentunya sangat menghibur dari temen kita Nur Fidah yang berjudul Cinta dalam tahajudku silakan di baca deh
Aku bosan dirumah terus, ingin aku ke luar rumah, tetapi diluar sedang hujan. Akhirnya, setelah sekian lama menunggu hujan reda aku pun berlari menuju ke rumah Haji Mahmud. Haji mahmud sudah aku anggap sebagai pengganti ayahku yang telah lama meninggal, Beliau pun belum mempunyai anak sehingga aku telah di anggap'nya anak.
'' Ehh..ada nak Rosa, sini masuk makan bersama kami! '' ajak istri Beliau.
'' Ea '' aku pun bergabung bersama mereka. Sesekali Haji Mahmud bergurau.
Setelah selesai makan kami duduk-duduk di teras rumah, di luar masih hujan deras. Haji Mahmud menayakan kabar ibuku dan lain sebagainya
'' Nak Rosa, Kamu sudah pacaran belummm..?'' Tanya Haji Mahmud
'' Belum kek..'' jawabku terus terang.
'' Baguslah, sebaiknya kamu belum pacaran dulu ea, kamu masih kecil '' Kata Haji Mahmud menasihatiku. Akupun hanya mengangguk-angguk.
'' Nak Rosa kok kakek lihat belum shalat sih ? ''
'' Sudah kek. Tetapi masih bolong-bolong '' Kataku cengir kuda.
'' Loh kamu kok gitu sih.. kamu kan udah besar masak belum sempurna sih shalatnya '' Kata Haji Mahmud mengingatkan.
'' Iya kek....''
'' Lha kapan kamu mau ngaji di Masjid? " tanya Haji Mahmud lagi.
" Kapan-kapan kek. ''
" Kapan? ''
'' Ea kapan-kapan kek. hehehe...'' jawabku tersenyum
Hujan masih turun dengan derasnya. Saat seperti ini, paling enak berteman dengan bantal dan guling. Tetapi aku masih sibuk dengan tugasku yang bertumpuk di depanku. Aku menguap, aku mengantuk sekali tanpa memperdulikan buku-bukuku yang berserakan di meja aku langsung menjatuhkan badanku di kasur lalu terlelap.
Pagi yang cerah, hari ini hari minggu. Ketika aku berada di halaman rumah kulihat seorang pemuda asing sedang menyiram bunga di halaman rumah Haji Mahmud. Akupun baru pertama kali melihat pemuda itu, setahuku di rumah Haji Mahmud hanya ada Haji Mahmud dan Istri Beliau. Karena aku semakin penasaran dengan Pemuda itu aku memutustuskan nanti siang aku berkujung ke rumahnya.
'' Assalamualaikum.. '' teriakku diluar rumah Haji Mahmud.
'' Wa'alaikum salam Wr.Wb. Masya'allah nak Rosa jangan triak-triak gitu dong yang halus gitu '' kata Haji Mahmud mengingatkan.
'' Kek Pemuda di rumah kakek siapa? '' tanyaku tanpa memperdulikan nasihat Haji Mahmud.
'' Ohh itu dia keponakan kakek, Ibunya menjadi TKW di Arab sehingga ia dititipkan di rumah kakek.''
'' Kapan datangnya kek kok aku gak tau?''
'' Tadi pagi ''
'' Namanya siapa kek?''
'' Kamu tertarik dengannya? '' goda Haji Mahmud. Aku hanya tersenyum lalu menanyakan namanya lagi.
'' Namanya Moh.Ridwan Wijaya '' jawap Haji Mhmud.
'' Ohh..cukup bagus namanya sudah ya kek Rosa mau pulang. Rosa cuma mau tau namanya saja kok kek hehehe...'' kataku sambil berlalu dari hadapan Haji Mahmud.
'' Dasar anak sekarang kalau pergi gak salam dulu '' gerutu Haji Mahmud.
Aku yang sempat mendengar gerutu Haji Mahmud hanya tersenyum, Hatiku merasa senang aku selalu memikirkan Ridwan mungkin aku suka dengan Ridwan karena ia sepertinya Pemuda yang baik dan saat pertama kupandang wajahnya hatiku merasa nyaman. Sungguh ia lelaki idamanku.
Malam ini aku mengajak Erika mengaji bersama di masjid. Erika yang mendengarkan permohonanku merasa heran dengan perubahan sikapku. Aku hanya tersenyum melihat keheranannya, aku tau dia benar-benar kaget.
'' Kutunggu di rumahku malam nanti '' aku berlalu dari hadapan Erika. Lalu aku masuk rumah. Setelah Magrib Erika datang ke rumahku mengajakku ke Masjid. Akupun pamit kepada Ibuku.
'' Kamu mau ke Masjid dengan pakaian semacam itu? '' tegur Ibuku
'' Astagfirloh.. aku lupa '' akupun bergegas masuk ke dalam kamar lalu berganti pakaian yang pantas ke Masjid. Setelah aku siap aku kembali berpamitan kepada Ibuku. Ibuku yang melihatku dengan berpenampilan anggun ibuku terkesima lalu memujiku. Akuhanya tersenyum mendengar pujiannya aku cepat-cepat keluar menemui Erika.
'' Lamaa aaa... Ya allah ini kamu Rosa. sungguh cantik sekali aku sampai tidak mengenalimu,'' puji Erika tapjub
'' Sudahlah nanty saja tapjubnya sekarang ayo kita pergi ke masjid nanti telat loh, '' ucapku mengingatkan.
Kami pun bergegas menuju ke Masjid. Disana sudah mulai terdengar anak-anak mengaji. Kami pun bergegas masuk ke dalam Masjid.
'' Assalamualaikum. '' ucap kami serempak
Orang-orang yang didalam masjid menghentika mengaji lalu menjawab salam kami. Seseoranh menghampiri kami.
'' Assalamualaikum kek. '' Kataku ramah
'' Wa'alaikum salam Wr.Wb masyaallah ini nak Rosa? Alhamdulillah akhirnya allah membukakan pintu hatimu nak Rosa. Akhirnya kamu mau ngaji juga di Masjid, '' Kata Hji Mahmud bersyukur.
'' Ea kek sekarang kakek ngajarin aku ngaji Al-Qur'an ea kek ''
Lalu akupun mulai membaca Al-Qur'an karena dulu aku pernah mengaji, akupun cukup lancar membacanya. Setelah Selesai membaca beberapa surah, dan waktu telah menunjukkan waktu isya' aku dan yang lainnya pun menutup Al-Qur'an dan menunaikan ibadah shalat Isya'.
setelah selesai anak-anak berhamburan keluar Masjid. Tetapi aku, Erika, Haji Mahmud dan Ridwan tidak langsung ulang tetapi duduk-duduk di teras Masjid. Semenjak keluar dari dalam Masjid aku selalu memandang Ridwan, kulihat ia selalu menunduk. ia rupanya menjaga pandangan agar tidak memandang lawan jenis. Akupun kagum dengannya akupun semakin suka dengannya. Ternyata semenjak awal Haji Mahmud menyadari bahwa aku selalu memandang Ridwan.
'' Rosa bagaimana sekolah kamu? '' tanya Haji Mahmud membuyarkan lamunanku.
'' Baik kek '' jawabku tersipu malu karena ketahuan sedang melamun.
Setelah hari cukup larut malam kamipun pulang di jalan aku terus memandangi punggung Ridwan. Dia tidak pernah menengok kebelakang dia hanya sesekali terlihat tersenyum mendengar gurauan Haji Mahmud.
'' Nak Rosa suka nak Ridwan ya? '' tanya Haji Mahmud pelan namun cukup jelas terdengar di kupingku. Akupun hanya diam, kepalaku menunduk malu. Ternyata Ridwan juga mendengar pertanyaan Haji Mahmud. Kulihat ia juga menundukkan kepalnya. Wajah kami berdua merona merah. Haji Mahmud yang melihat Perubahan muka kami hanya tersenyum dan menggoda kami. Aku telah masuk ke dalam rumah. Jantungku semakin berdegup kencang ketika kulihat ia tersenyum manis. Oh Ridwan
Ditengah malam ku dengar seorang sedang menimba air dan terdengar sepety orang yang sedang berwudu. Kuintip keluar kulihat seorang pemuda sedang mengambil wudhu.
'' Seperti'ny aku kenal dengan lelaki itu. Ohh.. itu bukannya Ridwan ngapain dia malam-malam disitu? '' tanyaku pada diri sendiri.
Keesokan harinya kutanyakan pada ibuku. Ibuku tersenyum senang mendengar pertanyaanku ia menjelaskan kalau Ridwan lagi mekukan Shalat Malam atau shalat tahajud.
Akupun juga bertanya tatacara shalat tahajud. Ibuku menjelaskan dengan semangat, setelah aku cukup paham dengan penjelasan ibuku. Aku pun berniat melakukan hal yang sama yang dilakukan Ridwan. Semenjak aku bertemu dengan Ridwan sekarang shalatku gak bolong-bolong sekarang aku rajin shalat 5 waktu ditambah dengan salat tahajud. Setiap malam aku bermunajad kepada Allah dan mencurahkan isi hatiku kepada-Nya. Setiap selesai berdoa hatiku merasa tenang dan damay.
Disore yang cerah kulihat seorang perempuan berjilbab sedang bersama dengan Ridwan mereka cukup mesra rupanya ,aku sedikit heran dengan sikap Ridwan kutahu Ridwan tidak pernah akrab dengan wanita bahkan bila ia berhadapan dengan seorang wanita dia selalu menundukkan kepalanya. Timbulah suatu perasaan yang aneh didalam hatiku, hatiku cemburu melihat Ridwan bersama dengan seorang Perempuan ketika mereka melihatku aku segera memalingkan wajahku lalu membanting buku di meja. Haji Mahmud yang melihat perubahan sikapku hanya tersenyum
‘’ Lihatlah sikap Rosa, rupanya ia cemburu melihat kau dekat dengan adikmu. Sepertinya dia benar-benar telah jatuh hati padamu. ‘’ Kata Haji Mahmud menunjuk kea rahku yang masuk kedalam rumah. Adik Ridwan hanya tersenyum mendengar ucapan Haji Mahmud, sedangkan Ridwan yang mendengarnya Tersipu malu.
Saat aku keluar dari rumah kulihat perempuan tadi yang bersama dengan Ridwan sedang menuju ke arahku. Aku mencoba bersikap ramah kepadanya.
“ Hai, kenalkan namaku Anis” Ucapnya ramah.
“ Rosa. Oh ya aku belum pernah lihat kamu sebelumnya.?”
“ Aku calon istinya mas Ridwan, sedikit lagi aku akan menikah dengannya dating yak e pernikahan kami.” Katanya. Hatiku hancur seketika kurasakan hidupku tidak ada artinya. Aku pun segera masuk ke rumah dan masuk ke dalam kamar aku menangis tersedu-sedu. Aku lalu mengambil air wudhu lalu bermunajad, berdoa kepada Allah, aku meratap mencurahkan isi hatiku. Aku memohon agar Ridwan tidak menikah dengan Anis aku pun berdoa agar pernikahan itu batal. Aku sungguh tidak rela apabila Ridwan menikah dengan wanita lain aku sungguh tidak rela aku sungguh mencintainya.
Keesokan harinya kulihat keluarga Ridwan di Rumahku. Aku tidak ingin menemui mereka karena aku yakin mereka ingin mengundang keluarga kami di pernikahan Ridwan. Aku membanting pintu kamar. Lalu aku duduk termenung di tempat tidur.
Ibuku menyusul ke dalam kamarku.
“ Rosa kamu kenapa? Kamu sudah tau sebelumnya. maafkan Ibu tidak memberitahukan kamu dahulu bila Ridwan Ingin meminangmu.” Kata ibu mengagetkanku.
“ Sekarang mereka dimana?”
“ Mereka sudah pulang. Mungkin mereka tersinggung dengan sikapmu barusan.”
Akupun berlari menuju ke rumah Haji Mahmud kudapati Ridwan sedang di teras Rumah bersama Haji Mahmud.
“ Ridwan maafkan sikapku tadi aku tidak tau apabila kamu ingin meminangku” ucapku tersenggal-senggal.
“ Maafkan aku yang sebelumnya tidak memberi tahukanmu!” Katanya malu-malu
“ Jadi kakak menerima Mas Ridwan menjadi suami kakak?” sahut Anis keluar rumah. Aku mengangguk dan tersenyum. Pipiku merona merah, hatiku berbunga-bunga
“ Tapi bukannya kamu mau menikah dengan Anis?” tanyaku heran
“ Aku membohongimu kak. Kak aku adiknya mas Ridwan bukan Calon Istrinya. Heheehehe… .maafkan aku kak Rosa” katanya merasa bersalah
Hatiku senang. Kamipun telah membicarakan hari pernikahan kami setelah aku menyelesaikan sekolahku.
Pagi ini disekolahku ada acara maulidan nabi, aku dipilih sebagai ketua panitia. Aku mempunyai saingan yang bernama Tasya ia sangat membenciku entah aku pun tidah tahu apa penyebab ia membenciku. Dia selalu mengejekku dan menhinaku namun aku mencoba bersabar. Tetapi kali ini ia sungguh kelewatan kupingku panas mendengar ejekannya. Aku menghampirinya lalu menamparnya. Mungkin karena aku sangat kesal tamparanku sangat keras sehingga Tasya terjatuh dan memar mulutnya.
“ Dengar ea aku sudah bersabar agar tidak meladenimu namun kamu selalu menghinaku. Apa sih salahku? Aku tidak pernah merasa mempunyai salah. Kamu sungguh keterlaluan. Jaga mulutmu ea jangan mentang-mentang kamu paling cantik dan paling kaya dariku kamu semena-mena sama aku. Aku juga manusia, aku tidak akan tinggal diam bila kau selalu menghinaku.” Ucapku berkobar-kobar setelah puas melampiaskan kemarahanku aku berpaling menjahuinya. Namun Tasya tidak rela bila aku menamparnya ia mengampil potongan besi disampingnya lalu berlari menghampiriku dan memukulkan potongan besi itu ke kakiku. Kurasakan badanku limbung sebuah mobil menyerempet badanku, badanku berputar dan jatuh di tengah jalan raya sebuah motor melindas kakiku. Aku tidak merasakan apapun tetapi aku masih dapat melihat seorang laki-laki berlari menghampiriku, sebelum aku tidak sadarkan diri.
Ketika aku sadar aku sudah di Rumah Sakit aku merasakan nyeri disekujur tubuhku dan ketika aku menggerakkan kakiku rasanya kakiku kaku aku mencoba bangun dari tempat tidur namun ibuku melarangku. Aku tidak peduli dengan larangannya ketika aku memegang kedua kakiku aku merasakan kehilangan anggota tubuhku, ketika aku menyadari kakiku telah di amputasi aku menjerit dan meronta-ronta aku sekarang menjadi wanita cacat aku terus menjerit dan menangis suster datang lalu menyuntikku, akupun tertidur. Namun ketika aku sudah sadar lagi aku menangis lagi, keluargaku yang melihatku sedih dan Ridwanpun ikut menangis. Tasya datang bersama Orang tuanya meminta maaf kepadaku namun aku mengusirnya aku tidak akan memaafkan Tasya yang telah membuatku cacat.
“ Apa dengan aku memaafkan kamu kakiku akan kembali lagi aku sangat membencimu aku tidak akan memaafkanmu selamanya. Pergi dari sini aku tidak mau melihat wajahmu lagi. Pergi…pergiii…” aku berteriak mengusirnya. Kulihat Tasya menangis aku tidak memperdulikan Tasya aku membenci dirinya aku tidak akan pernah memaafkannya.
Setelah kejadian tersebut aku mendengar Tasya sakit. Aku tetap belum memaafkannya hatiku telah ditutupi kebencian. Malam hari ketika aku tidur aku bermimipi bertemu tasya sedang terbaring lemah di tempat tidurnya. Sungguh memprihatikan keadaannya tubuhnya kurus hanya dibalut oleh tulang. Terbesit rasa iba di hatiku kudengar ia ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Aku lalu mendekat.
“ Ma…ma…af..ma..afkan..a..a..aku..Ro..Ros..Rosa…” ucapnya terbata-bata. Akupun mengangguk sedih. Terbitlah air mataku.
“ Aku memaafkanmu Tasya sekarang pergilah dengan tenang.” Ia pun tersenyum dan berterimakasih kepadaku aku membalas senyumannya hatiku sedih melihat keadaannya. Ia lalu menutup matanya ia telah pergi untuk selama-lamanya. Ketika kubangun dari tidurku aku mendengar Tasya telah meninggal dunia. Aku sedih, aku turut berduka cita dirumahnya.
Aku telah menyelesaikan sekolahku. Di hari yang telah ditentuan aku merayakan pesta pernikahanku dengan Ridwan. Namun, ketika telah siap acara akad nikah Ridwan belum datang bersama keluarganya, aku khawatir aku gelisah. Kudengar telepon berbunyi ternyata dari Anis
“ Nis, dimana Mazt Ridwan acaranya sudah mau mulai.” Kataku gelisah
“ mbak mas Ridwan telah menghadap Allah swt.”
“ kamu tidak bercanda khan Nia, mana mas Ridwan?”
“ Aku tidak bohong ketika mas Ridwan ingin mengambil wudhu ia terpeleset di kamar mandi dan dia tidak terselamatkan” ucap anis sedihh kudengar dia menahan tangis.
Hatiku hancur seketika, aku langsung teringat ucapanku ketika itu. Allah telah mengabulkan doaku aku menyesal telah mengatakannya sekarang pernikahanku batal .
Aku masih terduduk di tanah gundukan disana tertulis batu nisan bertuliskan nama Moh.Ridwan Wijaya. Aku masih menangis meratap disana.
Sebulan waktu berlalu, Aku telah bekerja di sekolah bekas sekolahku, aku menjadi sekretaris kepala sekolah di sana. Ketika seseorang menyodorkan KTPnya. Hatiku bergetar membaca namanya “Ridwan Wijaya.” Aku memalingkan wajah ke depan kulihat seorang laki-laki berdiri di hadapanku. Hatiku bergetar teringat seorang lelaki yang dulu aku cintai. Ia bak bagaikan Pinang dibelah dua sungguh mirip. Badanku bergetarrr seketika itu……………………..