Cerpen Remaja - A Bird

Cerpen Remaja - A Bird kiriman dari sahabat kita yaitu neey nehwa, kisah yan satu ini merupakan mengisahkan seekor burung yang tentu nya bikin penasaran dari pada tidak sabar silakan di baca deh cerpen yang satu ini.



            Senja soreh ini membuat ku terkagum-kagum dengan keindahan sinar mentari yang kemerah-merahan serasa wajah ku bersinar sebab terkena pantulan cahayanya lewat kaca jendela kamar ku. Aku tersenyum begitu seekor burung kecil  hinggap di salah satu daun pohon yang kebetulan daun itu mendayung ke arah kaca jendela kamarku. Burung itu memandangi ku yang sedang duduk di kursi samping meja belajar ku. Seakan burung itu ingin aku membukakan jendela dan mengajaknya berbicara. Dia terbang kecil kesana kemari, akhirnya akupun beranjak dan kemudian membuka jendela. Aku tersenyum menyapa burung kecil berwarna coklat muda itu. Mungkin karena senyum ku dia terbang kemudian masuk kedalam kamar dan hinggap di bahuku. Aku semakin tertarik dengan burung kecil itu. Seandainya aku dapat berbicara dengan burung kecil itu pasti akan menjadi hal yang sangat mengagumkan sekaligus menyenangkan.

“ syila...” teriakan mama membuat burung kecil itu seketika pergi.

Lalu akupun pergi meski dengan kesal aku penuhi panggilan mama di lantai bawah tepatnya di ruang keluarga. Dengan memasang muka masam aku langsung duduk di sofa samping mama.

 “ ada apa sih ma?”

“ kok mukanya dilipat gitu?” kata mama seraya mengamati muka masam ku.

“ nggak ma, kenapa mama manggil syila?”

“ nanti jam 8 kamu siap-siap ya dandan yang cantik, kita makan malam di rumah makan teman kantor    mama” ucap mama sambil memilih baju yang cocok untuknya nanti malam.

“ iya ma” balasku singkat kemudian pergi dan kembali ke kamar.

Berharap burung itu kembali lagi, aku menunggunya dengan berdiri di belakang jendela membiarkan jendela tetap terbuka. Tapi sepuluh menit lewat dua puluh menit dan hampir satu jam burung itu tak kembali. Aku benar-benar kecewa padahal aku sangat penasaran dengan burung kecil itu. “ huh ini gara-gara mama” aku menggerutu sendiri menyalahkan mama yang berteriak kencang memanggilku. Seharusnya aku sudah berbincang-bincang degan burung itu dengan bahasa khayalan ku. Aku tutup jendela kemudian merebahkan tubuhku yang cukup kelelahan. Sepertinya sebentar lagi nyawaku melayang ke alam mimpi. “ hooam” nikmatnya menguap soreh-soreh gini.

            Aku dapati seorang lelaki tampan sedang duduk santai di bangku taman yang tak jauh dari rumah ku. Lelaki itu bersama burung kecil lucu dan sepertinya aku mengenali burung yang di tangan kanannya itu. “ itu kan burung yang waktu itu ingin berbincang-bincang dengan ku” gumam ku sambil terus mengamati lelaki itu. “Brakk” aku terjatuh saat mengamatinya dan spontan lelaki itu menoleh ke arahku. Betapa malunya aku saat dia menghampiri ku dan mengulurkan tangan nya untuk membantu ku berdiri. Aku tersipu malu mengait uluran tangannya “ terimakasih” ucapku lirih.

“ sama-sama “ balas nya dengan senyuman manis.

Rasanya aku ingin tetap disitu menatap wajah tampannya. Kenapa aku begitu berharap dia mengajak ku berkenalan. Tapi sepertinya tidak mungkin setelah dia membalas terimakasih ku dia kembali duduk di bangku tadi.

“ hey kamu” tiba-tiba dia berteriak ke arahku.

“ aku?” balasku dengan menunjuk diriku sendiri kemudian dia mengangguk dengan tersenyum.

Betapa bahagianya aku dan akupun melangkah menghampirinya kemudian aku duduk di sampingnya.

“ Nama kamu siapa?” tanya nya sambil mengelus-elus burung kecil di tangannya.

“ namaku syila, kamu?”

“ aku galuh” katanya masih tetap mengelus burung kecilnya.

Galuh namanya, tapi dia tidak sama sekali menoleh ke arahku seakan aku tak di sampingnya.

“ kenalin juga ini teman ku namanya abird” katanya seraya mendekatkan burung kecil itu depan ku.” Dia lucu kan? Abird bilang dia pernah main ke kamar mu”

Aku melongo mendengar ucapan galuh barusan. Dan...

“ syilaaaaaaaa......” aku spontan terbangun dari tidur soreh ku karna suara mama. Lagi-lagi mama yang membuat ku gagal untuk berbicara dengan burung itu. Tapi aku hanya mimpi kemudian aku beranjak dan melangkah gontai ke kamar mandi.

            Malam ini aku dan mama pergi ke rumah makan teman kantornya. Aku perhatikan mama antusias banget dengan acara makan malam ini sampai aku harus memakai gaun lebay pilihan mama. Ternyata memang acaranya ramai tapi ramai ibu-ibu dengan pakaian glamournya. Ternyata mereka membawa anak mereka masing-masing kayak mau acara perjodohan saja “huh”. Aku dan mama duduk di pojok samping kolam renang, aku rasa tempat ini memang cocok untuk acara seperti ini.

“ ma, sebenarnya acara apa sih? Syila udah risih ini” ketus ku sambil terus makan stick kentang.

“ ya ampun syila makannya pelan-pelan dong, kamu itu perempuan jangan malu-malui mama” mama mulai bawel kalo soal cara makan ku.

“ habisnya mama ini syila masih banyak tugas yang belum syila selesaikan” aku manyunkan bibir ku tanda aku kesal dengan mama.

Tiba-tiba aku lihat seorang lelaki tampan sedang berjalan ke arah ku dia tidak sendiri dia bersama perempuan cantik munkin itu ibunya dan satu lagi di bahu nya ada burung kecil yang...

“ selamat malam jeng “ perempuan itu menyalami mama dan akupun ikut menyalaminya.

“ ini putri saya jeng, syila namanya” mama memperkenalkan aku.

“ cantik skali jeng mirip jeng sewaktu kulia, ini putra saya jeng baru pulang dari singapura namanya galuh”  tante itu juga memperkenalkan putranya.

“ cakep juga putranya mirip papanya “ mereka tertawa dan saling cerita tentang masa  mudanya. Sedangkan aku masih memikirkan kejadian ini, sepertinya aku pernah lihat cowok itu dan burung kecil di bahunya. Aku berusaha mengingatnya tapi tak juga ingat. Malam semakin larut dan akhirnya mama pamit ke  tante “ jeng trimakasih ya undangannya maaf jeng nggak bisa ikut acara sampai selesai soalnya syila masih harus menyelesaikan tugasnya di rumah”.

“ aduh jeng sayang sekali, ya sudah jeng hati-hati ya” mereka bersalaman dan saling cium pipi akupun ikut menyalami beliau. Tiba-tiba galuh berjalan ke arahku “ abird bilang hati-hati” ucapnya setelah itu aku dan mama meninggalkan acara. Aku seperti sedang di dunia mimpi tapi ini nyata.

            Cahaya matahari pagi ini menyambutku dengan sejuta keindahan ini membuat ku yakin jika hari ini akan ada sesuatu yang menyenangkan. Hari ini aku kulia jam delapan aku sudah siap dengan jeans biru  donker berpadu dengan sweter biru muda. Aku sengaja memakai biru karna biru menandakan keceriaan. Aku berdiri didepan cermin seakan ratu sihir yang di cerita dongeng snow white lalu bertanya siapa yang paling cantik di dunia ini. Aku tersenyum sendiri kemudian aku turun ke lantai bawah.

“ bi, mama papa udah berangkat?” tanya ku ke pembantu sambil mencemot roti.

“ sudah non dari jam tujuh” jawabnya seraya membereskan piring di meja.

“ ya udah aku berangkat bi”

KAMPUS

“ syil, pak roni nggak hadir shoping yuk” vara datang langsung memukul punggungku.

“ aduh, iya nanti “

Sepertinya aku masih penasaran dengan Galuh dan  burung kecilnya. Aku harus cari tau tentang mereka berdua, tapi gimana caranya apa aku cerita aja ke vara aah nggak lah aku harus cari tau sendiri. “ var aku pergi sebentar” kemudian aku berlari ke taman belakang kampus, aku duduk di salah satu bangku duduk disitu. “ gimana aku bisa tau tentang mereka kalo nggak tau dia kulia dimana?” gumam ku dalam hati. Tiba-tiba aku ingat mama pasti mama tau dimana galuh kulia. Aku ambil hp di tas kemudian mengirim pesan ke mama.

Ma,galuh kul dmn? (message has ben sent)

Menunggu balasan dari mama aja aku seperti menunggu pangeran mau datang, detak jantungku nggak karuan. Drrttttt hp ku bergetar

Sekampus sma kmu synk, hyo ank mma J

Mksih mma synk :*

Apa? Ternyata sekampus berarti ini akan memudahkan ku untuk mencari tau tentang burung aneh itu. Aku mulai mencarinya di gedung fakultas bhs.inggris sampai akhirnya aku berhenti di gedung kedokteran. Serasa kakiku copot berjalan mengelilingi gedung-gedung fakultas hanya karna...

“ galuuh..” upss spontan aku menyebut namanya lumayan keras dan sepertinya dia mendengarnya secepat mungkin  aku cari tempat untuk bersembunyi.  Kemudian aku cepatkan langkah ku menuju gedung seni hampir aku melupakan vara pasti dia udah ngomel gara-gara lama menunggu ku. Aku lihat dia duduk sendiri di bangku duduk depan ruangan sambil main laptop aku menghampirinya dan langsung duduk di sampingnya.

“ maaf ya var, lama ya” kata ku bagai wajah tanpa dosa.

“ dari mana sih kamu? Nggak jadi deh shoping nya nanti jam sebelas ada tugas” omel nya dengan muka masam.

            Cahaya soreh itu kembali menyilaukan ku lewat kaca jendela kamar. Aku berharap cahaya itu membawa burung itu kembali kehadapan ku. Aku sengaja menunggu dengan merangkai kata di atas lembaran putih dengan tinta biru. Entah kenapa aku begitu penasaran dengan abird seekor burung kecil yang ada dalam nyata sekaligus ada dalam mimpiku.

Kilau cahaya mu tak kunjung redup..

Seakan mengikuti suasana hatiku...

Menanti, munkin itu yang saat ini aku lakukan..

Menanti sebuah kebahagiaan..

Aku terus melihat ke arah kaca jendela, aku benar-benar berharap abird datang kembali dan membawa ku bersama lelaki tampan dalam mimpi ku. Entah kenapa aku begitu gelisah saat memikirkan hal ini. Tiba-tiba aku dengar suara kicauan burung seketika aku keluar lewat jendela mencari asal suara burung itu aku yakin itu abird yang aku nanti sedari tadi. Aku percepat langkah kaki ku karena aku tau burung itu terbangnya sangat cepat, aku tak mau kehilangan dia lagi. Cahaya matahari soreh itu semakin menyilaukan pandangan mata ku mencari sosok makhluk kecil itu. Tiba-tiba langkah ku berhenti di taman yang ada di mimpi ku kemarin. “ini kan..” aku mulai teringat jelas mimpi ku. Burung itu bersama lelaki tampan yang ada di mimpi dan di acara mama kemarin.

“ selamat soreh cantik” sapa lelaki itu.

Aku masih begong memandanginya, seakan aku sedang bermimpi yang terulang. Berkali –kali aku menepuk pipiku sendiri dan tetap sakit yang aku rasakan. Hingga dia mengulangi sapanya.

 “ iya soreh... maaf” balas ku berlagak cewek culun.

“ masih ingat sama aku?” tanya dia padaku.

Dia mengangguk dengan senyum manisnya, kemudian dia mengajak ku duduk di bawah pohon besar. Dia mengucapkan terimakasih kepadaku karna sudah mengikuti abird dan bertemu dengannya. Awalnya aku memang tak memahami ucapannya namun setelah dia cerita bahwa abird adalah teman kecil yang tak pernah jauh darinya. Sejak umur 5 tahun dia bersama abird hingga galuh membawanya ke singapura. Dia bilang abird menyukai ku, seandainya abird manusia abird sendiri yang akan mengatakan kepadaku akan rasa yang dia miliki.

“ kamu faham apa yang di bicarakan abird?” tanya ku begitu antusias.

Tiba-tiba abird terbang dan hinggap di pundak kanan ku, seakan dia mengatakan sesuatu kapadaku namun aku tak sama sekali memahaminya. Abird mencium pipiku dan mengedipkan mata kecilnya.

“aku tidak faham dan tidak tahu apa yang di katakannya namun aku faham dari gerak geriknya, jika dia habis bertemu dengan mu dia selalu mengedipkan mata nya dan mencium pipiku”

Kemudan abird terbang dan hinggap di punggung kanan galuh entah apa yang di maksud oleh burung kecil itu, galuh beranjak dan berjalan ke arahku dan abird berpindah ke punggung tangan kanan ku. Dia berputar-putar mengelilingi kami disitulah aku juga memahami apa yang di maksud burung kecil itu. Galuh memegang tangan ku “ abird ingin kita bersama” ucapnya singkat tanpa menunggu jawaban dari ku kemudian galuh mencium keningku. Terimakasih cahaya dan terimakasih abird kecil kau membawa ku ke kebahagiaan yang aku nanti.