Cerpen Motivasi - AKAN KU GAPAI SETINGGI LANGIT

Cerpen Motivasi - AKAN KU GAPAI SETINGGI LANGIT kali ini ada cerpen yang sangat bagus menurut admin karena yang satu ini beda dari pada yang lain, karena cerpen yang satu ini merupakan cerpen motivasi. Dari pada penasaran silakan di baca aja deh



NAMA      : HESTI YUNIWATI
ALAMAT  : SIMPANG AGUNG
EMAIL       : hestiyuniwati@gmail.com    

AKAN KU GAPAI SETINGGI LANGIT

Dia memang tidak terlalu pandai dalam pendidikan namun itulah yang membuat ia untuk selalu berusaha dan pantang menyerah. Ejekan dan hinaan ia jadikan pelajaran agar menjadi yang lebih baik. Ia terima dengan lapang dada apapun hasilnya entah itu sebuah keberhasilan ataupun ketidakkeberhasilan. Senyuman manis yang muncul dari bibirnyalah yang membuat ia tak pernah sedih. Dinda itulah semua orang  akrab memanggilnya. Setiap waktu, hari - harinya ia pergunakan untuk belajar,belajar dan belajar. Tak ada kegiatan lain yang ia pergunakan selain belajar. Keluarganya memang sangat mementingkan pendidikan walaupun uang yang tak mencukupi. Berbagai cara orang tuanya mencari uang agar anak – anaknya bisa sekolah, mengingat kedua orang tuanya dulu ingin bersekolah namun karena keterbatasan biaya tak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Bermodalkan becak setiap hari menghantarkan orang yang akan bepergian dengan hasil yang tak menentu. Dinda memang anak yang sederhana, ia tak malu mempunyai orang tua yang bekerja sebagai tukang becak. Disisi lain ia malah bangga karena  becaklah yang membuat ia bisa sampai seperti ini.
Pagi ini terasa sangat dingin, kicauan burung yang merdu, kokokan ayam yang begitu indah. Seakan ia ingin cepat – cepat  berangkat ke sekolah dan menerima pelajaran. Fero kakak dinda sudah berangkat bekerja terlebih dahulu  menjadi guru sekolah dasar. Bapaknya juga sudah berangkat bekerja karena takut kehilangan penumpang langganannya. Kini di rumah tinggalah ibu dengan Dinda, berat rasanya Dinda meninggalkan ibunya di rumah sendiri. Namun mau dikata apa ia harus rela demi menimba ilmu di sekolah. Hanya dengan senyuman manis yang keluar dari bibir Dinda lebih dari cukup untuk ucapan selamat tinggal kepada ibunya.
Hari ini di sekolah terasa sangat sepi hanya beberapa orang yang datang. Karena Dinda berangkat ke sekolah masih pukul 06.30 terlalu pagi untuk anak berangkat ke sekolah. Satu persatu seorang siswa/siswi datang ada yang diantar oleh orang tuanya, ada yang memakai kendaraan sendiri dan ada juga yang jalan kaki. Sekarang ini Dinda sudah kelas 3 sma. Ia memandangi pepohonan dari  depan pintu kelasnya. Tiba –tiba seseorang datang  lalu mengejutkan Dinda yang sedang melamun.
“Dinda”teriak orang tersebut sambil menepuk pundak sebelah kanan Dinda
Dinda terkejut namun ia tidak marah  malah ia tersenyum.  Ya, seseorang yang mengagetkan Dinda adalah sahabat terbaiknya. Sebut saja Toni ia yang selama ini menemani Dinda di saat senang maupun sedih. Dinda dan Toni sudah berteman sejak kecil. Meskipun Toni anak orang kaya ia tak malu berteman dengan Dinda. Karena Toni berfikir bahwa semua orang didunia ini sama tak ada kata orang miskin ataupun orang kaya.
“tumben kamu sudah datang kan ini masih jam 07.00”Tanya Dinda
“sesekali datang pagi juga gak apa – apakan”jawab toni dengan menaikkan kedua alisnya
“ya gak apa-apa sih”kata dinda
    Lalu mereka mengobrol `di depan pintu kelas. Tanpa menghiraukan di sekitarnya seakan – akan dunia ini milik mereka berdua. Tertawa itulah yang membuat mereka bahagia. Menghapuskan segala kesedihan yang ada di dalam hati mereka. Tak lama kemudian datanglah Vega anak seorang pengusaha kue. Di sekolah Vega di kenal sebagai seorang murid yang sombong merendahkan orang lain. Maka  dari itulah ia tak mempunyai seorang teman.
“minggir”kata Vega dengan nada sombongnya kepada Dinda
“hei kalo bicara pelan saja ngapa”ketus Toni yang sudah geregetan atas kelakuan Vega terhadap Dinda
“maaf tapi gak bisa”kata Vega dengan nada sok polos
“sudahlah Toni biarkan saja”kata dinda penuh kesabaran
“itu temen kamu aja bilang gak apa-apa”
    Hanya Dindalah yang dapat meredam kemarahan Toni ia tak bisa berkata lain kalau Dinda sudah berkata tidak. Bel telah di bunyikan semua murid masuk kekelas masing- masing termasuk Dinda dan Toni yang kebetulan mereka satu bangku. Entah mengapa pelajaran kali ini membuat Dinda mengantuk padahal sebelumnya ia tak pernah seperti ini. Apakah karena tadi malam ia tidur kemalaman karena belajar atau karena hal lain. Beberapa jam kemudian waktunya istirahat semua murid pergi ke kantin untuk membeli makanan. Namun tidak dengan dinda, ia memilih membawa bekal dari rumah masakan ibunya. Uang saku yang di berikan oleh ayahnya ia tabung meskipun tak banyak yang penting cukup. Jika ia menginkan sesuatu ia selalu berfikir dua kali. Sebab ia berpendapat dari pada uang untuk membeli sesuatu yang gak penting mending ditabung. Ia teringat oleh pesan bapaknya”jangankau hambur – hamburkan uang sesuatu yang gak penting mendingan kau pergunakan uang tersebut untuk masa depan karena di depan kamu itu masih banyak yang menunggu”. Itulah yang membuat Dinda selama ini hidup hemat. Kali ini ibunya membekali Dinda dengan nasi lalu dari atasnya dikasih sayur asem itupun lebih dari cukup.
    Namun,ketika Dinda makan bekal tersebut di dalam kelas Toni juga ikut mengeluarkan bekalnya. Dinda terkejut melihat Toni membawa bekal. Karena sebelumnya Toni tidak pernah membawa bekal dari rumah. Malah ia membeli makanan di kantin.
“tumben kamu bawa bekal biasanya makan di kantin”Tanya Dinda sambil menyantap makanannya
“aku gak mau melihat kamu makan sendirian di kelas masa iya aku makan di kantin kamu makan dikelas”jawab Toni sembari membuka bekalnya
“makasih ya”kata Dinda
“sama –sama, oya kita tukeran bekal yuk aku  juga ingin merasakan bekal masakan ibu”ajak Toni sembari menyodorkan bekalnya kepada Dinda
“tapi……………………”kata Dinda belum selesai bicara
“udah sini bekal kamu ni bekal aku jangan lupa di habiskan”kata Toni dengan menarik bekal Dinda
“makasih ya”ucap Dinda tanpa tertinggal dengan senyuman manisnya
“iya sama – sama kamu tu kebanyakan bilang terima kasih deh”kata Toni
    Mereka berdua pun memakan bekal tersebut dengan lahap. Sampai – sampai tak terasa makanan tersebut sudah habis. Tidak lama kemudian bel masuk telah di perbunyikan menandakan di mulainya pelajaran selanjutnya. Guru pun masuk ke dalam kelas dan melanjutkan materi. Hingga beberapa jam kemudian waktunya pulang. Dinda pulang jalan kaki namun ia tak mengeluh karena ia bersyukur Tuhan masih memberikan kedua kakinya sehat tanpa cacat sedikitpun. Mengingat beberapa orang di luar sana yang banyak tidak bisa jalan akibat sebuah kecelakaan ataupun disebabkan hal lain, betapa inginnya mereka bisa berjalan seperti orang normal lainnya. Ketika Dinda berjalan masih sampai di depan gerbang sekolah Toni datang dengan mengendarai sepedanya. Toni mengajak dinda untuk berkunjung ke rumahnya karena ibu Toni kangen dengan Dinda. Akhirnya dengan berbagai cara Dinda mau ikut dengan Toni. Dalam perjalanan mereka berdua penuh canda dan tawa. Toni menganggap Dinda bukan hanya sebagai sahabat melainkan menganggap Dinda sebagai adiknya. Mengingat Toni di rumahnya sebagai anak tunggal.
    Sesampainya dirumah, mereka berdua mengucapkan salam. Betapa bahagianya ibu Toni melihat dinda ia menganggap Dinda seperti anaknya sendiri. Ternyata di rumah ibu Toni sudah menyiapkan makanan untuk Dinda dan Toni ini semua guna menyambut kedatangan dinda dan Toni. Karena sudah beberapa minggu ini Dinda jarang kerumah Toni karena Dinda di sibukkan dengan membantu ibunya di rumah.
    Hari sudah mulai sore Dinda berpamitan dengan ibu Toni dan Toni. Sebenarnya Toni ingin menghantarkan Dinda sampai di rumahnya namun ia malah menolaknya dengan alasaan takut merepotkan Toni, ia memilih untuk jalan kaki karena  rumah Dinda yang tak jauh dengan rumah Toni. Akhirnya Dinda pulang sendiri, di dalam perjalanan dalam hati ia berkata”betapa bersyukurnya aku mempunyai keluarga yang sangat aku cintai sahabat yang selalu ada untukku dan ibu Toni yang sangat menyayangiku seperti menyayangi anaknya sendiri , mungkin aku adalah orang yang beruntung namun aku tak akan lupa dengan rasa syukur ini”. Hingga suatu saat Dinda telah sampai di rumahnya. Ia melihat bapaknya baru pulang dari menarik becak duduk di kursi sambil mengipas – ngipas tubuhnya dengan topinya menandakan betapa capeknya bapaknya itu. Dinda tak tega melihat bapaknya tersebut tanpa berganti pakaian seragam sekolahnya pergi ke dapur di buatlah segelas kopi panas dengan gula yang tak terlalu banyak. Di bawanya kopi tersebut kepada bapaknya dengan hati – hati. Bapaknya yang melihat Dinda tersenyum .
“bapak ini Dinda buatin kopi panas pasti bapak hauskan”kata Dinda sambil menaruh kopi panas tersebut di meja
“makasih ya Dinda tahu aja kalau bapakmu ini haus”
    Setelah menaruh kopi panas Dinda berpamitan untuk berganti baju. Setelah berganti baju, Dinda membantu ibunya yang sedang mencuci pakaian. Akhirnya mencuci pakian telah selesai ibunya menyuruh Dinda untuk belajar ia tak usah membantu ibunya membersihkan rumah karena tugas dari seorang anak adalah belajar, belajar dan belajar. Dinda menuruti apa perkataan ibunya ia langsung masuk ke dalam kamar untuk belajar. Dalam hati Dinda berkata”aku harus tetap belajar sampai kapan pun walaupun sampai ujung dunia ia capai “ itulah kata – kata Dinda untuk menyemangati hidupnya. Ia tak mau terus – terusan di remehkaan orang lain ia akan menunjukkan bahwa ia bisa karna itu suatu pencapaian membutuhkan perjuangan apapun hasilnya diterima dengan lapang dada entah itu sebuah keberhasilan ataupun sebuah ketidakberhasilan.
    Ia teringat pesan bapaknya bahwa “belajar itu tak ada habisnya kalau kita masih di beri kesehatan teruslah belajar “. Dinda menganggap belajar tersebut dengan kewajiban yang harus di jalaninya setiap hari. Ia  tak mau menyianyiakan waktu hanya untuk hal yang tak penting. Cita- cita itu gak hanya di tulis di buku atapun di lembaran kertas tetapi cita – cita tersebut harus diwujudkan baru itu menendakan apa yang telah ia perjuangkan telah membuahkan hasil. Hari sudah mulai malam semua orang yang ada di rumah sudah tidur namun demi cita – cita dinda akan terus belajar.
Pukul 12.00
    Dinda melihat jam dindingnya ternyata sudah pukul 12.00 matanya sudah tak kuat untuk membuka. Perlahan – lahan ia tertidur di kursi dan ditundukkanlah kepalanya di atas meja. Ia tertidur begitu pulas sampai – sampai tak terasa hari sudah pagi. Rasanya masih 2 jam lalu Dinda tidur namun sudah pagi. Dinda bangun lalu dia bersiap – siap untuk berangkat kesekolah. Ia melihat bapaknya masih duduk santai di kursi seperti menunggu seseorang. Ibunya menyiapkan bekal untuk Dinda.kali ini ibunya  tidak membawakan nasi dengan lauk melainkan combro. Karena hari ini sayuran yang ada di rumahnya habis.
“bapak kok belum berangkat, nanti pelanggannya kabur lo?”Tanya Dinda
“bapak mau nganterin kamu ke sekolah” jawab bapaknya dengan penuh keyakinan
    Dinda terlihat begitu senang, mendengar ucapan bapaknya akan menghantarkan Dinda ke sekolah. Walaupun ia dihantarkan dengan becak ia tak merasa malu. Karna ia menganggap tanpa becak keluarganya tidak akan bisa makan walupun hasilnya tak banyak.
    Beberapa jam kemudian sampailah Dinda dan bapaknyadi sekolah. Sebelum masuk ke sekolah tak lupa dinda bersalaman dengan bapaknya mengucapkan salam dan senyuman manis dari bibir mungilnya. Ia berjalan memasuki lorong – lorong sekolah dengan santai. Sesampainya di dalam kelas ia menunggu kedatangan Toni. Tak lama kemudian Toni datang dan ditaruhkannya tas di meja.
“Dinda cita cita kamu mau jadi apa?” Tanya toni
    Dinda terlihat kebingungan atas pertanyaan Toni. Karena sebelumnya Toni tidak pernah bertanya seperti itu.
“aku ingin jadi dokter tapi itu kayaknya gak mungkin kamu tahu sendiri kan aku gak terlalu pandai udah gitu masuk di fakultas kedokteran kan mahal mana mungkin bapak sama ibuku bisa membiayai untuk makan aja susah ya… walaupun bapak sama ibuku sudah pernah bilang apapun  yang aku cita – citakan mereka akan berusaha”jawab Dinda
“kamu pernah bilang kan sama aku bahwa cita – cita itu nggak hanya di tulis dalam buku ataupun di dalam kertas tetapi cita – cita itu harus diwujudkan setiap hari kan sudah belajar artinya kamu sudah berjuang sejak dini bisa jadi suatu ketika waktu yang akan datang kamu dapat sebuah beasiswa” kata Toni
    Dinda berfikir “memang benar apa yang di katakan Toni sekarang kan aku sudah berjuang sejak dini artinya aku sudah mempunyai sedikit bekal , bisa jadi suatu saat nanti  aku akan mendapat beasiswa untuk meringankan beban bapak sama ibu”. Dinda melamun sambil senyum – senyum sendiri. Hingga suatu ketika ia dikagetkan oleh bel sekolah bertanda masuk ke kelas. Tak lama kemudian gurupun masuk memberi pelajaran. Dinda mengikuti pelajaran tersebut dengan penuh semangat.  Sampai – sampai ia tak menyadari bahwa jam pelajaran sudah selesai. Waktunya istirahat, Dinda membuka bekalnya yaitu combro. Ia melihat Toni yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tas. Kebetulan ibunya membawakan 2 combro jadi bisa ia bagi dengan Toni.
“Toni kamu mau combro?”kata Dinda sembari memnyodorkan bekalnya yang berisi combro kearah Toni
“makasih ya Din”jawab Toni dengan mengambil satu combro
    Toni memakan cobro tersebut dengan lahap. Dinda yang melihat Toni makan hanya tersenyum. Betapa bahagianya Dinda mempunyai sahabat seperti Toni, ia berharap persahabatan ini tidak akan pernah terpisahkan walaupun waktu yang memisahkan. Setelah selesai makan untuk mengisi waktu istirahat mereka pergunakan dengan canda dan tawa. Beberapa menit kemudian bel masuk telah diperbunyikan bertanda untuk memulai pelajaran kedua. Namun kali ini guru pelajaran tak dapat masuk karena sedang izin tidak berangkat ada sebuah keperluan keluarga. Semua murid yang ada di kelas gaduh mengobrol sama temannya. Namun tidak buat Dinda ia memilih untuk membaca mata pelajaran yang seharusnya di jelaskan hari ini.
    Beberapa jam kemudian bel pulang telah di perbunyikan, Dinda pulang sendiri sesampainya di rumah ia melihat ibunya sedang duduk sendirian di dapur sambil melamun. Dinda yangmelihat ibunya tidak berani mendekati. Takut akan menambah kesedihan ibunya. Di bukalah tutup makanan di meja makan, ia terkejut karena tak ada satu pun lauk ataupun nasi.kali ini dinda benar – benar tahu apa yang membuat ibunya sedih,yaitu saat ini di rumahnya sedang krisis ekonomi. Ia berfikir apa yang harus Dinda lakukan untuk membantu kedua orang tuanya. Setelah lama berfikir akhirnya ia menemukan suatu ide. Dengan cepat Dinda masuk ke kamar ganti baju dan berpamitan sama ibunya.
“bu Dinda pergi dulu ya”pamit Dinda sambil mencium tangan kanan ibunya
“iya tapi pulangnya jangan kesorean”pesan ibunya
“iya”
    Dinda berjalan kesebuah toko donat. Ia menemui pemilik toko tersebut dan menawarkan jasanya untuk memperjualkan donat tersebut keliling kampung. Pemilik toko tersebut tidak tega melihat kepolosan Dinda,jadi ia mengizinkan Dinda untuk memperjualkan donat itu. Betapa  bahagianya hati dinda mendengar ucapan sang pemilik toko. Lalu ia pun berjalan menyusuri kampung dari rumah ke rumah menawarkan donat. Hanya beberapa yang membeli donat tersebut. Walaupun panas terik matahari membakar tubuhnya ia tak putus semangat memperjualkan donatnya. Ini semua ia lakukan karena dinda sangat sayang kepada kedua orang tuanya meskipun bapak dan ibunya tidak tahu bahwa ia berjualan donat. Satu persatu donat pun habis terjual ia kembali ketoko donat tersebut dan memberikan uang hasil dagangannya. Dinda mendapatkan bagian uang Rp 10.000,00 walaupun uang yang ia dapatkan tidak banyak tetapi dinda tetap bersyukur karna uang ini ia dapatkan dengan jerih payah. Dinda pun pulang ke rumah dan masuk  ke dalam kamar ia mengambil celengan ayam yang ia taruh di dalam lemari dimasukkannya uang tersebut ke dalam celengan. Setelah itu ia belajar demi menggapai cita-cita di masa depan.
Pagi hari
    Semilir angin menemani semua orang untuk memulai aktivitasnya di pagi hari yang cerah ini. Kebetulan hari ini adalah hari minggu.dinda bersiap – siap untuk berjualan donat kembali. Tak lupa sebelum pergi ia berpamitan sama ibunya kebetulan bapaknya sudah berangkat menarik becak.
“bu Dinda pergi dulu ya”pamit Dinda kepadaibunya
“iya memangnya kamu mau kemana Din” Tanya ibunya penasaran karena beberapa hari ini Dinda sering bepergian
“itu Dinda ada janji sama Toni “(maaffin Dinda kali ini Dinda terpaksa bohong)kata Dinda dalam hatI
“owh yaudahhati – hati dijalan”
“ya bu”
Selang beberapa menit Toni datang mencari Dinda. Ibu Dinda bingung ia mengatakan kepada Toni bahwa tadi sebelum Dinda pergi ia pamitan katanya ada janji sama Toni. Tonipun juga bingung perasaan dari kemaren pulang sekolah ia belum bertemu Dinda. Namun Toni tak mengatakannya pada ibu Dinda. Lalu Toni pun berpamitan mencari Dinda. Ketika berjalan ia melihat di sebuah rumah bahwa Dinda sedang melayani seseorang yang sedang membeli donatnya. Toni pun menghampiri Dinda dengan di dalam hatinya penuh tanda Tanya. Lalu Dinda menjelaskan kepada Toni mengapa ia berjualan donat seperti ini. Toni yang mengerti apa alasan Dinda tak kuat menahan sedih dengan senang hati ia membantu dinda berjualan. Awalnya Dinda tak mau dengan tawaran Toni namun pada akhirnya Dinda mau.
Hari demi hari Dinda berjualan donat namun rahasianya tersebut diketahui oleh kedua orang tuanya. Karena atas pemberi tahuan Vega yang selama ini diam – diam mengikuti jejak Dinda lalu mengadukannya kepada Dinda. Ibu dan bapak Dinda tidak marah namun bapaknya hanya menasehati bahwa”seorang anak itutidak perlu membantu orang tuanya ini semua sudah tanggujawab bapak sama ibu mendingan uang itu kamu tabung untuk sekolah nanti”.
Tak terasa sebentar lagi sudah ujian nasional setiap hari ia giat belajar agar mendapatkan nilai yang bagus. Hingga pada akhirnya kini tibalah saatnya bertempur dengan soal – soal UN. Dinda mengerjakan soal tersebut dengan hati – hati dan teliti. Hari demi hari telah di lalui kini UN telah selesai satu bulan lagi pengumuman.
1bulan kemudian
    Kini tiba saatnya pengumuman dan ternyata Dinda lulus dengan nilai yang lumayan bagus. Dinda melihat Toni yang senang campur sedih.di dekatinya Toni dan bertanya.
“kok sedih si Ton”Tanya dinda penasaran
“kita gak bisa satu kampus Din soalnya ayahku menyuruh aku untuk kuliah di luar negri”
“meskipun jarak yang memisahkan tapi hati kita tetap bersatu”kata Dinda menyemangati Toni
    Toni pun berangkat keluar negri dan Dinda berangkat ke kota untuk kuliah di fakultas kedokteran.betapa senangnya hati Dinda ia ketrima. Namun Dinda juga sedih andai saja disini ada Toni pasti ia akan semakin bahagia. Benar saja apa yang di katakana Toni, Dinda mendapatkan beasiswa sampai lulus kuliah.
5 tahun kemudian
Dinda sudah lulus dengan kuliahnya di fakultas kedokteran kini  ia benar- benar menjadi seorang dokter di sebuah puskesmas di kampungnya. Akibat dinda menjadi seorang dokter kini ekonominya menjadi lebih baik bapaknya sudah tidak bekerja sebagai tukang becak dan kakaknya sudah menikah dan kini bekerja menjadi guru di luarkota. Yang tak tertinggal hari ini toni pulang dari luar negri dan ia akan bertemu langsung dengan sahabat lamanya,dinda. Di depan rumah Dinda,Toni datang dengan memakai baju kemeja yang dimasukkan. Dinda yang melihat Toni langsung menghampirinya.
“dinda benar apa yang kamu bilang,meskipun jarak yang memisahkan tapi hati kita tetap bersatu kamu adalah teman terbaikku selamanya”kata Toni
Kini dinda dan Toni bahagia bersama seorang sahabat. Tak ada lagi kesedihan yang menimpanya hanya sebuah senang yang kini hadir didalam hidup mereka. Apa yang di cita –citaka Dinda sudah terwujudkan perjuangan yang ia lakukan kini membawakan hasil yang melimpah. Dalam hati ia berkata” aku sungguh berterima kasih karena cita- cita yang selama ini aku impikan menjadi kenyataan”.

TAMAT

MOTTO”mulailah dari sekarang apa yang kamu impikan karena ini semua akan akan  membuahkan hasil yang tak pernah di sangka, Jangan pernah pantang menyerah dan selalu berusaha buatlah sebuah kesalahan sebagai motivasi”